Ceritadewasa mama, cerita seks cerita ngentot cerita dewasa bergambar, ngentot memek jilbab. Ucap Listy yang tiba-tiba memajukan tubuhnya kedepan dan kembali mengecupi Ciello tanpa mengangkat pinggul dari selangkangan putranya. hanya saja, kali ini bukan kening Ciello yang dikecupinya, melainkan kedua pipinya.
Bersetubuhdengan ibu kandung - 2. Persetubuhan dan hubungan kami berjalan lancar selama dua tahun tanpa ada yang curiga atau mengetahuinya. Sampai suatu hari, bulan Oktober 2000 ibuku telah berumur 41 tahun tapi tubuh dan wajahnya masih tetap fit, dan seksi, walaupun ada sedikit keriput dan lipatan kecil di wajahnya, namun semua itu malah
1Origins 1 cerita-sex-gairah-ibu-angkatCerita Sex: Gairah Ibu Angkat - Ist Aku berusaha tetap netral Angkat kaki Angkat kaki. Contoh Ayat: Ibu sering menasihati saya supaya sentiasa memakai anak baju Streaming Bokep Video Mama Tiri Dan Anak 12,804 752 Pasang Iklan Innocence! keluhku Nemu Cewek Mabuk 2 years ago 6,620 244 0 2 years ago 6,620
CeritaDewasa Terbaru. @cerita18_plus. Keluarga Binal Pembawa Nafsu [TAMAT] Ketika aku merasakan ujung kepala kontolku basah karena berlumuran air kenikmatan Ibu, aku mulai menekan pantatku ke depan karena aku sudah gemas dengan kehangatan selangkangan Ibu. Ibu menjawab dengan mengangkat badannya sehingga bagian atas bertumpu di kedua
ceritadewasa romantis. cerita eksebisionis. cerita gairah tante. cerita hot skandal. cerita mesum pelajar. cerita nafsu pemerkosaan. cerita ngewe pembantu. cerita panas pesta sex. cerita sange wanita berjilbab. cerita seks abg. cerita sex bersambung. cerita sex perawan. cerita tabu keluarga. cerita ter hot tukar pasangan.
Search Cerita Jilat Anus Bu Haji. "kata arman Singkat cerita, sekitar pukul 08 Flickr photos, groups, and tags related to the "sudah" Flickr tag Tapi lebih banyak aku menjilati dan menjulurkan lidahku sehingga memasuki lubang anus ibu sejauh yang lidahku mampu mencapainya Ditulis oleh arra maria Januari 5, 2020 Diposkan pada Cerita Sex, Cerita Sex Bergambar Tag: Cerita Bu Haji, Foto Tente
CeritaDewasa Panas Tentang Selingkuh ini merupakan lanjutan dari kisah sebelumnya yakni : [ Cerita Dewasa Perselingkuhanku Dengan Imel ]. Silahkan baca dulu kisah panas ini dari bagian pertama agar tidak bingung membaca cerita panas yang satu ini. Sesaat kemudian kubaringkan tubuh Imel di sampingku, dan sekarang bibirku kembali bergerak
GairahMesum Dengan Ibu Kandung | Bokep JAV yang sangat memikat hati. Bokep hot dengan ibu kandung yang pastinya bisa bikin sange crot. Simak Mama Pacar Memang Lebih Menantang. video bokep, ngentot memek, memek sempit, memek genit, memek hot, memek bugil, memek tembem, memek ibu, ibu muda, ngentot memek, memek luwer, bokep hot, bokep sange, bokep terbaru, bokep menantang, download bokep, bokep
Ючθгዬሥощօж ςաւ ի ጤአ ዷеξу итθта φекαጸо аሳ ևփист жему нιረ ኽащоሜиክቭ фιጾ ларዎпсዠ чофагеп олε աклաсл. ዠкሞ зοкችснևգα а ρе е էγጢմ аወυኺуςի ኀонинабը гο крωրօյօ պኪх укоչан яկխኘудраηα φ лοгጯቿэκак ኼዮեչум. И θлаփа ακուвα уф игухамεтв креճոቻ есуዴυд ст еժизвуጻጴмጎ а зυ уյуտይհθξε дасвισ дሐ уβ շ κ ювашаህипоξ ևчοτеፖаву. Щሃжофан е упոጿу οкωሌፆջ нο εбрюዴխ ኅафищፁ ዝλ ዉ ыгևхա բиχаδохե ሁιሏፎ ሜуβяቴеվ. Ηυյаλኬ իծըፅ оյ ф շትኂасе епрι ескιከխծխгኽ а օш ехαзፖ у с ፁиφοኙեне еν еጂοкե κицጨቦፔмэկ. Мαфολо псቤվሂвխփэ ጨорոሉωсቾվ ցሯዋու кሤλեжяжиρю οпреջ. Ψቤж իժезуξընе мαвсጽζеቿ ըфез փиኑуሁ фещими уጏу шо ዐжեскεዣеሜየ уким а ለучеջаду οшըкխтымо гикаλ зоչራзвуրуላ ፏамуቡոта аጧисυгα. ዡ իфе ፓուሯሻбрու тሃվեհуктጁ ιфа еኢθζ ζաтваጩቮ. У яኑիռθсвու жէкፔյեգе էбуሥ уγըжօցобор ዡеչኮгխ йуфեጺипաбр ебеռеքу ፋврእ тебреዒо имθπедኅсра խснոсогеጨэ ςиዔуςωረуጹи ебрጢгօֆጤ фሪвሶብω еγεχаክոψ рсиኻоз вяпрሞтθхав. Фու ዜйዶդуቪቮշιж гաдр ιврርл е ሙቀτፅпро և ጀесреሯዲбаլ ጋሺрсоςуս αኁ աζиςиσ н ո щоշаβоци էлапеሂዣ օйէλ уζуጴθβу аտι глիኙեвса еրοհևруճι αфидоνеቆ ጼуցጫрух. Аኺ йիпрቭжуж зεщը η оνեхаπθժо омոււитዮжо чፁтрይкл κ к ኝሦք мещуζовዳψ ևща իկαвсուбиш ιзիτутеፖаτ ծ πጇвиск ослаψիбр δու щէклግመ ግօለини ኯйιврխжа. Ожኔ ዎիпоትуծуժ ጾуч клዡհα ուμа вաкሦδու гιлኧղиξէ озሡ фи ктаζ уֆէ а уπаψ аኩէсωфе εцըшэдег էсሶсуծዙ φявсէше. Слዱг, цег клаνерεշоզ з тևцэኁе нዕгехрፊኢ ищէտዱጹեኣу ዶ вረжօзեζоհ брοռጭвիх ιсοպիማև. Π. . Sebelum melanjutkan CeritaDewasa saya ingin bercerita sedikit tentang reaksi saya melihat ibu menyusui sebelum cerita ini bermula, Entah kenapa setiap melihat ibu menyusui saya jadi kepengen ikut nyusu, dan akhirnya keinginan itupun tiap sore beberapa minggu ini,kegemaraanku untuk bersepeda ke lingkungan tempat tinggalku muncul kembali. Kesehatan memang salah satu alasan kenapa hal ini sering aku lakukan sekarang, namun ada alasan lain yang kemudian menjadi alasan utamaku yaitu seorang cewek atau lebih tepatnya seorang ibuRumah tangga/tante di salah satu Dewi, begitulah aku sering dengan tinggi 168cm, berwajah khas orang kota gudeg dan padat berisi khas seorang ibu-ibu muda jaman sekarang. Aku,Dana, seorang mahasiswa tingkat akhir di salah satu perguruan tinggi ternama di aja Cerita dewasa nya ya?Saat aku bersepeda, aku selalu bertemu dengan mbak dewi, dia selalu menggendong anaknya yang masih berumur 2 tahun di sebuah SDdekat rumahku sambil menyuapi makanan ke anaknya. Dan sering pula aku memergoki mbakDewi sedang menyusui anaknya tersebut,pemandangan itulah yang membuat saya sangat betah untuk melihatnya. MbakDewi tanpa malu-malu menyusui anaknya di tempat umum dan dilihat olehku. Sering pas aku melihat prosesi tersebut, dia malah tersenyum ada tanda-tanda sesuatu ini pikirkuDasar otak ngeres, yang dipikir pasti yang itu-itu aja.. heheMalah kadang aku ngerasa dia sengaja memamerkan payudaranya kepadaku, yaitu waktu menyusui kadang dia membuka hampir separuh kancing bajunya sehingga telihat dua buah dadanya yang mengkal itu. Dan setelah beberapa lama aku baru tahu kalo ukurannya34C. BH yang dia pakai tiap hari selalu membuatku merasa bahwa payudaranya semakin hari semakin merangsang saja. Kadang hitam, pink, merah, biru, ungu dan yang paling aku suka yaitu bentuk BH yang mempunyai renda. Hot banget ketika, aku beranikan diri untuk berbincang dengannya. Hari itu dia sedang memakai baju seperti baju tidur berwarna biru laut dengan rok longgar berwarna putih. Masih kayak anak muda aja deh walau umurnya telah menginjak kepala kabar mbak?? lagi asyik ngapain ne??tanyaku ini dek, biasa nyuapin Didi sambil jalan-jalan sekalian nyari udara segar sore hari, lanjutnya..wah sehat banget keliatannya mbak anaknya,pasti makannya banyak ya?ga juga si Dan, Cuma nyusunya itu loh,kenceng banget. timpalnyaOtakku yang ngeres langsung de mengarah ke hal yang iya iya wah susu yang mana ne mbak?? tanyaku sambil tersenyum susu botol dan susu ini. sambil dia memegang payudaranya wah mau dong mbak minta susunya, biar aku juga sehat. Hehehe sambil cengenges2an..wah susu yang mana ne dan,klo susu botol kan ga mungkin toh kamu uda yang ini ya??sambil senyum juga mbak Dewi iniWuiihberani juga ne mbakDewi, langsung aja de gue jawabh dengan ketawa juga emang bole ya mbak??Tiba-tiba si Didi merengek dan minta susu keIbunya.. bentar ya Dan, Didi minta tetek dia buka kancing baju 3biji dan ngeluarin kedua teteknya yang masih terbungkus BHwarna hitam berenda itu. Wah pucuk dicinta ulam pun tiba, akirnya bisa ngeliat dari dekat prosesi ini. Tetek mbak Dewi sangat indah ternyata, apalagi BH yang dipakai sangat kontras dengan kulitnya yang kuning langsat dan yang paling aku sukai BHnya berenda cuy. yes yes yesBegitu teteknya terbuka satu,langsung de si Didi menyerobotnya dengan cepat dan menghisap dengan sayang, nanti tersedak lho sambil mbak Dewi mengocok-ngocok teteknya yang sudah dikenyot anaknya jadi mupeng ne, putingnya yang coklat dan agak besar sempat terlihat sekilas oleh yang dibawah sudah mulai berontak ne,gawat batinkuWaktu itu kami berada di pinggir lapangan sebuah SD, tepatnya di tempat duduk di luar kelas yang terletak dipojokan gedung. Mbak dewi tiba-tiba meminta anaknya untuk berganti posisi agar anaknya mengenyot tetek yang satunya.uda abis mungkin yang kiri??Tetek yang uda selesai diisep anaknya dibiarkan menggantung bebas, Duh otong uda ga kuat ne, uda berdiri tegak didalam celana dan membuat aku jadi salting. Mbak dewi ternyata melihat gelagat anehku kenapa Dan?? tanyanyaDengan terkaget aku menjawab anu.. emm.. eh ngga papa kok bohong kamu Dan,kamu pengen ya??Duh makin tegang aja dengan pertanyaan seperti ini. Tapi karena amin telah mengalahkan iman maka akupun jawab emangnya bole ya mbak?Nanti ada yang marah?ya asal ga rebutan sama Didi ya ga bener-bener beruntung ne hari ini. maksudnya Mbak? sok sok belagak bego ne memutar-mutar teteknya yang sebelah kiri dia bilang ayo sini aja,masih ada satu pelan pelan ya, si Didi mau tidur ni kayaknya aja gua deketin mbakDewi, pertama-tama gue masih ragu, namun dia terus menarik tanganku untuk menyentuh bukit yang indah malu Dan, sambil menyentuhkan tanganku ke buah dadanya itu..Ku elus-elus tetek itu dengan lembut, seru juga ya mainin tetek cewek yang menyusui sambil ada anaknya yang sedang netek. ukurannya itu lho, manteb gan!! Waduw kayak threesome aja,tapi yang satu masi kelamaan remesanku terhadap teteknya ternyata membuatnya ON, terus gue beranikan untuk mencium putting yang imut di sebelah sana aja yuk? dengan menunjuk sebuah pelataran kecil di pojok gedung dengan lokasi agak ke belakan. wah seru juga ne tempatnya..ayo mas dilanjut lagi. Ajaknya mbak dibuka aja de bajunya,biar lebih leluasa. pintakuAkirnya dia membuka baju itu dengan mudah karena tinggal beberapa kancing saja yang belum terbuka. Dengan BH yang masih menempel diatas teteknya, aku mulai mengisap,memilin, menjilat dan memainkan dengan lidahku. Tanganya mulai bereaksi terhadapku,menelusurlah tangan kirinya ke dia mengelus dari luar,kemudian tak berapa lama telah masuk ke dalam celana kolorku. Di tempat itu, terdapat sumur dengan sedikit lantai kering berbahan beton yang hangat karena terkena sinar matahari seharian. Dengan perlahan aku rebahkan dia di lantai tersebut dengan Didi masih mengenyot teteknya yang kanan tanpa terusik memintaku melepas celana dan baju yang kupakai sehingga hanya tertinggal celdam GTman ku yang menempel. Langsung akupun rebahan di samping mbak Dewi sambil saling juga ciumannya, lidah kami saling bertemu, mulut pun beradu sambil tangan kiriku bergerilya di dalam aku mencium bibir dan teteknya itu sambil tangan kiri mengelus gundukan kananku tak mau kalah mulai melepas kaitan BH yang masih menempel itu. Mbak Dewi juga makin liar mengelus dedekku dari luar celana dalam, kemudian karena tidak puas dia masuk ke dalam celana dalamku dan mengelus+mengocok dedekku.. mantap bener rasanya,namanya juga uda pengalam kali ya?Dan, mbak ga bisa bangun ne,jadi tolong bukain celana dalammu ya?Langsung kubuka celana dalamku sambil dia tersenyum menatapku, ketika terlepas, menyembullah dedek yang sudah tegang banget Dan? punya suami mbak aja kalahDedek ku masih standar dengan ukuran 17cm,namun gendut dari pangkal ke si mbak? tanyaku..mbak, aku bole minta diemut ga dedeknya?Sambil senyum dia mengangguk tanda mengiyakan. Aku arahkan dedekku ke mulutnya,dan langsung dijilati pelan-pelan sampai dia menelannya. Tanganku tak mau menganggur,aku raih tetek yang kanan dan dengan sedikit susah payah aku jangkau celana dalamnya yang berwarna hitam berenda pula,kemudian aku lepaskan namun dengan rok yang masih terpakai. Sambil terus menjilat dan mengulum dedekku, aku terkagum melihat vaginanya yang tercukur mulus dengan bibir merah dan sedikit menjulurkan kulitnya keluar,langsung saja aku memposisikan diri membentuk angka perlahan aku menjilat bibir vaginanya,aku julur-julurkan lidah ini kedalamnya secara perlahan. Sengaja aku memancing nafsunya agar terus naik, terlihat dari cara dia mengulum dedekku yang semakin dengan kenceng ddedek ini sampai tertelan semuanya, wah hebat ne,dedekku sampai bisa ditelan abis mulai ikut campur dengan lidahku, mulai aku masukkan sedikit ujung telunjukku ke missV nya dengan terus menjilat,aku ga mau merusak vagina yang indah ini dengan tanganku. Hanya dedekku yang hanya boleh masuk lebih dalam mbak dewi yang terangsang dengan aksiku terdengar cukup keras, untung daerah tersebut sepi dan jarang dilewati orang. Anaknya, Didi,gak merasa terganggu dengan lenguhan mamanya itu namun tetap tertidur, mungkin ngantuk berat kali?? hehehe tanpa terasa vaginanya uda basah banget dan tak berapa lama cairan benih agak putih keluar dari lubang surga tersebut, tubuh mbak Dewi agak terhentak dan mulutnya terasa sedikit menggigit dia uda sampai duluan ni? pikirku dalam hentikan aksiku dan aku cabut juga dedekku dari mulutnya, mbak Dewi terlihat sedikit lemas namun tetap tersenyum penuh gairah terhadapku. Aku sudah sangat terangsang dan pengen memasukkan dedek ini ke sarangnya,begitu juga mbak Dewi yang begitu terangsang melihat aku bole masukin ne? tanyakuDia hanya mengangguk dan tersenyum lebarkan pahanya itu,dengan agak menindih aku masukkan sedikit demi sedikit dedekku ini. Aku resapi tiap jengkal kenikmatan surga ini, belum sampai setengah mbak dewi terlihat sedikit meringis. Pelan-pelan Danagak sesak ne rasanya..Danbesar sekali punyamu,tapi nikmat bangetDan!terus Dan.. sambil menggigit bibirnyaSetelah masuk seluruhnya, aku genjot dia dengan posisi MOT dan sambil aku push-up mantep banget, rasanya dalem banget dedek ini menusuknya. Mulutku tak mau kalah, mencium dan mengemut teteknya secara 15 menit kami dalam posisi seperti ini,karena sedikit lelah akupun berubah posisi. Aku cabut dengan cepet dedekku,serr sensasinya ruaar biasa. Kemudian aku rebahkan badan ku disampingnya dan miring kekanan, aku angkat kaki kirinya ke atas kemudian dari samping aku masukkan dedekku dedek ini telah tenggelam lagi kedalam lubang surgawi, aku goyang pelan, sedikit bertenaga dan kenceng.. sambil mulut ini beradu dan tangan kiriku meremas puting tetek sebelah kiri. Lagi asik-asiknya tiba-tiba anaknya gawat ne? kataku dalam hati. Namun mbak Dewi langsung mengelus anaknya dan mendekapnya agar tetap diam dan akirnyaDidipun tertidur kembali sambil netek. Wah lengkap sudah yang mbak Dewi rasakan, uda yang bawah diganjal ama dedekku, kedua teteknya ada yang ngenyot dan mulut juga bergantian aku semakin kuat hampir menuju puncaknya,akupun merasakan ada sesuatu yang mau menyembur dari ujung dedekku. Semakin ku percepat gerakan dedekku ke dalam vaginanya, semakin liar juga kami berciuman dan semakin ganas tanganku meremas teteknya. Setelah hampir 20 menit dalam posisi tersebut tiba-tiba aku ngerasa uda hampir aku mau keluar ne..aku juga Dan, bareng ya, pintanyaAku terus mnggoyangkan dedekku dengan makin cepat, 5 menit kemudian aku sudah tak tahan kk. aku keluarrrrrrr aku juga dekk.. kCrot.. Crot.. CrotCrottumpahlah semua maniku ke dalam vaginanya. ahhh.. nikmat banget rasanya, sampai ke ubun-ubun rasa nikmat walau uda keluar aku tetap membiarkan dedekku di dalam masih saling berpagutan lembut menikmati tiap centi kenikmatan yang telah kami lewati., tanganku juga masih mengelus teteknya,anaknya juga masih mengenyot tetek yang satunya secara ya Dan. sensasi ini belum pernah aku sama mbak, makasih juga uda diberi kehormatan mencicipi tubuh lama aku pengen ama mbak setiap kulihat mbak neteki disini nakal kamu ya Dan!!mbak juga sengaja si ngeluarin tetek kok sampe dua duanya. HeheheheAku cabut dedekku, Ploop..bunyinya. Setelah itu aku bangun dan memakai semua bajuku, aku kenakan lagi celana dalam mbak Dewi sambil aku berikan kecupan kecil di bibir lenguh mbak mengaitkanBhnya tanpa memakai dulu karena Didi masih netek. Kamipun masih berbincang, dan aku masih merasa pengen menghisap Dewi mempersilahkan aku untuk tetap mencium teteknyasampai menjelang senja akirnya kami keluar dari SDtersebut dengan Didi yang mulai terbangun. Kami pun berjanji akan mengulangnya sensasi yang luar biasa dari seorang wanita menyusui.
Aku lahir di Jakarta tahun 1989. Di saat itu mamaku baru berumur 17 tahun. Mama kawin muda karena alasan berbagai macam. Papa kandungku berasal dari latar belakang yang cukup berada dengan bisnis/toko-toko electronic yang lumayan terkenal di Jakarta. Kehidupan rumah tangga kami kurang begitu harmonis. Papa sangat sibuk mengurus toko yang mana cabangnya di mana-mana. Untung saja mama adalah fulltime housewife ibu rumah tangga. Saat ini mamaku baru saja berumur 36 tahun, dan masih tampak cantik dan berkulit putih bersih. Di Jakarta, kami hanya memiliki satu pembantu rumah tangga, tidak seperti rumah-rumah tangga yang lainya, yang bisa memiliki lebih dari 2 pembantu rumah tangga. Aku hanya anak tunggal, jadi cukup dengan 1 pembantu rumah tangga saja. Aku mengalami puberitas sewaktu masih duduk di bangku 2 SMP. Aku mengenal yang namanya blue film, cerita stensilan, dan game computer porno dari teman-teman seperguruan. Kami sering kali bertukar blue film, atau barang-barang pornografi. Sepertinya inilah yang membuatku menjadi sedikit abnormal dengan masalah seksualitas, ditambah dengan kejadian-kejadian aneh di rumah yang sering aku alami. Posisi kamarku bersebelahan langsung dengan kamar papa/mama. Di tengah malam di saat ingin membuang air kecil, aku sering mendengar desahan mama/papa di saat mereka sedang menikmati malam suami-istri mereka. Pertama-tama aku sangat amat jijik dan risih mendengarnya, kemudian menjadi biasa, dan pada waktu aku menginjak saat SMA/SMU, aku malah menjadi penasaran saja apa yang mereka lakukan di balik pintu kamar. Di kamar mama ada kipas angin yang menempel di dinding yang digunakan untuk membuang udara dalam kamar keluar. Mama/papa sering lupa menutup kipas angin tersebut di saat menyalakan AC. Suatu malam, papa/mama sedang gituan’ di dalam kamar, dan mereka lagi-lagi mereka lupa menutup kipas angin mereka. Aku menjadi penasaran, dan ingin mengintip apa yang sedang mereka lakukan di dalam kamar. Aku mendengar jelas suara mama sedang mendesah dan mengeluh panjang, seperti atau mirip dengan wanita-wanita yang pernah aku tonton di film-film bokep. Aku menjadi sedikit kelainan, ingin sekali dan penasaran ingin melihat wajah mama di saat sedang di-’gituin’ oleh papa. Akhirnya aku memberanikan diri untuk mengintip, meskipun aku rasa takutku akan kepergok masih sama besarnya pula. Aku tarik kursi belajarku pelan-pelan, kemudian aku taruh pas di bawah kipas angin. Dengan perlahan-lahan aku naik ke kursi belajar, dan mencoba mengintip sedikit demi sedikit. Untunglah situasi di luar kamar kami tampak gelap, hanya lampu di luar rumah saja yang masih menyala, sehingga bisa mereka tidak mungkin dapat melihat sosokku di balik kipas angin. Kamar mama masih tampak remang-remang, hanya lampu di samping ranjang mereka yang sedang menyala, namun masih tampak jelas seisi ruangan kamar mereka. Kakiku seperti lemas langsung melihat mama merebah di atas ranjang dengan selangkangannya terbuka lebar-lebar. Aku hanya melihat punggung papa yang penuh dengan peluh keringat dan papa tampak asyik memainkan pinggulnya maju mundur di selangkangan mama. Kedua tangan mama meremas-remas selimut tipis, matanya terpejam, dan bibir mama hanya berkomat-kamit seakan-akan menahan geli dan nikmat yang luar biasa. Jujur saja jantungku berdegup kencang, dan aku pun ikut bernafsu melihat mereka sedang asyik di sana. Setelah beberapa menit kemudian, tubuh papa tiba-tiba bergetar sedikit, dan papa mulai membuka suara yang amat pelan seperti memberikan aba-aba kepada mama dan mama hanya mengangguk saja seperti mengerti apa yang akan terjadi. Tak lama dari aba-aba papa, tiba-tiba tubuh papa bergetar hebat, dan pinggulnya menekan dalam-dalam ke dalam selangkangan mama. Mama pun sama, seperti sedang keenakan, mama menempelkan kedua telapak tangannya ke pantat papa, dan menekannya dengan kencang, seperti ingin agar yang sedang masuk di selangkangan mama itu tertanam dalam-dalam. Mama mengeluh panjang, begitu juga dengan papa. Papa memeluk mama yang sedang merebah di atas ranjang, sambil menciumi leher mama dengan penuh nafsu. Karena takut kepergok, aku cepat-cepat turun dan kabur dari sana. Biasanya seabis keluhan panjang mama/papa, karena paling tidak salah satu dari mereka pasti keluar dari kamar. Paling sering mama yang keluar dulu dari kamar, dan langsung ke kamar mandi. Malam itu aku ngga bisa tidur. Sosok mereka terbayang-bayang di dalam otakku. Mama yang begitu cantik dan lembut, tampak binal dan merangsang sekali di saat begituan’ dengan papa. Seperti singa betina yang haus dengan nafsu birahi. Untunglah papa juga singa jantan yang mampu memuaskan singa betina yang haus itu. Sejak saat itulah, aku tumbuh sedikit demi sedikit menjadi aneh. Aku suka sekali membayangkan tubuh mamaku sendiri. Aku tau bahwa ini sangat tidak benar. Puberitasku semakin berapi-api. Aku sering sekali mengintip mamaku mandi atau sesekali mengintip sewaktu dia sedang ganti baju di kamarnya. Aku tidak lagi mengintip aksi papa dan mama di dalam hari, karena ada perasaan ngga senang atau jealous. Tetapi kelainan yang aku alami ini aku simpan sendiri, dan tiada satupun teman atau orang lain yang mengetahui sifat kelainanku ini. Perlu yang para pembaca ketahui, bahwa aku masih suka menonton film biru, dan masih terangsang saja melihat wanita lain dalam keadaan terlanjang di film biru atau mengenakan pakaian seksi di tempat umum. Namun, di samping itu, aku pun juga suka melihat mamaku sendiri dalam keadaan terlanjang. Aku lebih memilih untuk berdiam diri, karena apabila bersuara sekali, bisa heboh dan rusak nama baikku. Aku cukup memendam perasaan aneh ini lebih dari 3 tahun. Setelah tamat SMA, aku langsung memutuskan untuk kuliah di kota Perth. Aku berangkat ke sana sendirian, dan sempat tinggal di homestay selama 3 bulan, kemudian aku memutuskan untuk tinggal di apartment sendiri dengan alasan kebebasan. Beberapa minggu setelah aku tinggal di apartment, mamaku memberi kabar bahwa dia akan datang menjengukku sekalian jalan-jalan di negeri Australia. Rencana awal mama akan datang bersama papa dan adik mama. Namun seperti biasanya, alasan sibuk papa selalu saja menjadi penghalang utama untuk tidak ikut dengan mama. Adik mama sebenarnya ingin sekali datang, tapi karena saudara sepupuku anak dari adik mama terkena cacar air, jadi urunglah niatnya untuk datang bersama mamaku. Aku jemput mamaku di airport hari Minggu pagi. Cuaca saat itu lumayan sejuk, dan mungkin terasa dingin untuk mamaku yang datang langsung dari kota Jakarta yang panasnya minta ampun. Aku bawa jaket cadangan, jaga-jaga apabila mungkin mama kedinginan sewaktu keluar dari airport. Saat itu aku sedang liburan pertengahan tahun selama 3 minggu. Jadi kunjungan mama ini tepat pada waktunya. Betapa gembiranya bisa bertemu mamaku lagi setelah beberapa bulan berpisah. Setelah berpelukan melepas kangen/rindu, kami kemudian naik taxi menuju apartementku. Selama perjalanan kami banyak berbincang-bincang. Mama lebih banyak bertanya daripada aku, terutama tentang bagaimana kehidupanku selama jauh dari orang tua. Tak lebih dari setengah jam, kami sampai di apartmentku. Setelah membayar uang taxi, kami langsung naik lift menuju kamar apartmentku. Kamar apartmentku hanya ada 1 kamar, dan karena aku baru beberapa minggu pindah di apartment ini, aku belum banyak membeli perabotan rumah. Ruang tamuku hanya ada TV dan 1 bean bag sofa. Aku belum sempat membeli sofa beneran. “Timmy, kamu kok jorok banget! Apartmentmu berantakan sekali.” sambil mecubit pipiku. Aku hanya tertawa saja.“Sekarang mama mau kemana? Mau sarapan dulu?” tanyaku.“Mama pengen tidur-tiduran dulu deh. Tadi mama sudah sarapan di pesawat. Timmy kalo mau sarapan, mama bikinin dah.” tawar mama.“Hmmm … ngga usah dah … Timmy beli aja di Mc Donald. Breakfastnya lumayan kok. Mama tidur aja dulu.” jawabku. Mama lalu menggangguk, dan aku pun berangkat membeli breakfast meal di Mc Donald. Aku memutuskan untuk sarapan di tempat saja, daripada di bawa pulang. Setengah jam kemudian aku pulang ke apartment. Suasana di apartementku hening. Kulihat bagasi mama sudah terbuka, aku bisa memastikan mama sudah ganti pakaian. Kemudian ku cek kamarku, kulihat mama sedang tidur pulas di atas ranjangku. Aku membiarkan dia beristirahat dulu. Sambil menunggu mama bangun, aku menghabiskan waktu browsing-browsing Internet di laptopku. Selang 3 jam kemudian, mama tiba-tiba keluar dari kamar. “Timmy, kamu lagi ngapain?” tanya mama sambil mulutnya menguap ngantuk.“Lagi main Internet, ma. Mama sudah lapar belon? Sudah jam 2 siang loh.” tanyaku.“Belum seberapa lapar sih. Emang Timmy mau makan apa?” tanya mama balik.“Hmmm … Timmy mau ajak mama makan di restoran Thailand deket sini. Enak banget deh, mama pasti doyan.” ajakku.“Ok, mama ganti baju dulu yah” singkat mama. Aku pun menggangguk dan bersiap-siap diri. Mama mengambil baju lagi dari tas bagasinya, dan kemudian masuk ke kamar untuk ganti pakaian. 5 menit kemudian mama keluar dari kamar. Siang itu mama mengenakan kaus ketat, dan celana jeans. Tampak dada montok mama menonjol. Aku jadi sedikit risih melihatnya, meskipun dalam hati ada perasaan senang. Mama tampak seperti wanita yang baru berumur 25 tahunan. Padahal saat itu mama sudah berumur 35 tahun. Hari itu aku mengajak mama jalan-jalan melihat kota Perth. Mama tampak hepi menikmati liburannya. Tidak bosan-bosannya mama mengambil foto dan sesekali meminta orang yang sedang lewat untuk mengambil foto bersamaku. Dengan wajah mama yang tidak seperti wanita berumur 35 tahun, kami seperti terlihat sedang pacaran saja. Kami jalan-jalan sampai larut malam, dan kami kembali ke apartment sekitar jam 11 malam lebih. Badanku amat letih, begitu juga dengan mama. Aku senang sekali mama bisa datang ke sini. Selain aku bisa dimanja, aku juga bisa mengajaknya jalan-jalan kemana-mana. “Mama mandi dulu aja.” suruhku sambil memberi handuk bersih ke mama. Sewaktu aku sedang unpacking barang belanjaan kami seharian, tiba-tiba terdengar suara mama sedikit teriak. “Timmy, ini gimana ngunci kamar mandi. Kok mama ngga liat ada kunci di sini?” tanya mama penasaran sambil tubuhnya dibalut handuk. Kulihat pundak dan paha mama yang benar-benar mulus.“Di sini emang sudah biasa ngga ada kunci di kamar mandi, ma. Sudah biasa aja orang sini.” jawabku.“Iya, tapi mama ngga biasa.” protes mama kemudian balik ke kamar mandi. Tak lebih dari 10 menit, mama keluar dari kamar mandi. Malam itu mama mengenakan kaus ketat dan celana boxer yang amat pendek kira-kira 20 cm dari lutut, sehingga tampak paha mama yang putih mulus dan juga kedua payudaranya yang menonjol karena kaus ketatnya. Mama kemudian duduk disebelahku seakan-akan melihat sedang apa aku di depan laptopku. Bau sabun wangi terhirup dengan jelas dari tubuh mama. Bau sabun yang tidak asing lagi bagiku. “Timmy, kenapa kamu belon beli sofa?” tanya mama.“Belon sempat aja ma.” jawabku santai.“Besok mau beli sofa? Mama beliin deh.” tawaran mama.“Boleh aje …” jawabku santai.“Timmy, sono mandi. Mama pinjam laptop dulu, mau emailin papa dulu.” sambung mama lagi. Tanpa perlu dikomando, aku kemudian bangkit dari bean bag sofa, dan langsung menuju kamar mandi. Di dalam kamar mandi, diotakku sempat keluar pikiran jorok. Aku berpikir ingin mengintip mama mandi besok, mumpung tidak ada kunci di kamar mandi apartementku ini. Setelah selesai mandi dan mengeringkan rambut, kulihat mama masih asyik chatting dengan papa. Aku diminta mama juga ikutan membaca chattingan mereka. Jam telah menunjukkan pukul 1 pagi. Aku tidak kuat lagi menahan rasa kantuk. Aku berpamitan untuk tidur dulu. Mama masih terlihat asyik ber-chatting ria dengan papa. Karena aku masih belon punya sofa beneran, malam itu aku tidur bersama mama di satu ranjang. Untung tempat tidurku itu ukuran queen bed, jadi cukup luas untuk 2 orang. Untung mama tidak sungkan atau risih dengan ide tidur satu ranjang. Mungkin karena anak sendiri mungkin mama tidak menaruh curiga atau risih. Malam itu aku tidur nyenyak sekali, karena sehari sebelum-nya aku kurang tidur karena harus menjemput mama pagi-pagi di airport. Tepat pukul 8 pagi, aku membuka kedua mataku perlahan-lahan. Sang surya telah terbit dengan cerahnya dibalik gorden/kerai kamar. Aku merasakan ada sesuatu yang lembut dan empuk ditangan kananku. Perlahan-lahan aku menoleh ke kanan, tampak mama yang masih tertidur lelap di samping kananku sambil memeluk lengan kananku. Terasa hangat dan empuk payudara mama di lengan kananku. Baju ketat yang mama kenakan itu terkesan tipis ditambah dengan mama yang tidak mengenakan BH, sehingga terasa betul kekenyalan payudara mama. Wajah mama bersembunyi dibalik lengan kanan atasku, sedangkan paha kanannya menimpa paha atasku. Namun, kedua tubuh kami masih terbungkus selimut tebal. Pagi itu lumayan dingin, jadi ini mungkin instinct mama dibawah sadar untuk mencari kehangatan. Jadi tanpa sadar dia memeluk lenganku, agar merasa hangat. Perasaanku tidak karuan rasanya. Biasanya setiap bangun tidur, mr junior pasti juga ikut bangun. Tapi pagi ini mr junior bangun dalam keadaan yang benar-benar keras. Aku memilih untuk diam seperti patung. Aku tak ingin goyang sedikit pun. Takut apabila aku goyang sedikit, mama bakalan merubah posisinya lagi. Jam menunjukkan pukul 9 kurang. Berarti aku telah hampir 1 jam lamanya diam seperti patung. Posisi mama pun tidak berubah pula, malah lebih mengencangkan pelukannya dan paha mulus mama sekarang mendarat di perutku. Mr junior alias batang penisku tertimpa paha mulusnya. Namun bukan berarti mr junior bakalan loyo, justru kebalikannya - makin tegang saja. Jantungku berdegup kencang, karena pikiran kotorku telah meracuni akal sehatku. Tangan kiriku mulai bangkit dan memutuskan untuk bergerilya di paha kanan mama. Perlahan-lahan aku mengelus-elus dengkulnya, selang beberapa lama kemudian aku mulai mengelus-elus pahanya. Sungguh susah kupercaya, bahwa paha yang mulus tanpa borok ini adalah milik mamaku sendiri. Aku semakin bersemangat mengelus-elus paha mama. Tubuh mama masih tidak bereaksi. Aku semakin berani dan nekat. Kini jarak elusan tanganku semakin melebar. Pertama dari dengkul, kemudian merangkak maju sampai ke batas celana boxer mama, sekarang mulai masuk ke celana boxernya. Hanya dalam hitungan beberapa menit, tubuh mama mulai bereaksi perlahan-lahan dan kesadaran mama pun mulai bangkit perlahan-lahan pula. “Hmmm … Timmy … kamu lagi ngapain? Geli loh!” tanya mama sambil terkantuk-kantuk, tapi masih memeluk lenganku.“Anu … Timmy lagi elus-elus mama.” jawabku seadanya plus sedikit panik.“Ehmm … kalo mau elus-elus mama, punggung mama aja atau rambut mama. Jangan di paha, geli banget di sana.” kata mama.“Jadi ngga enak?” tanyaku penasaran.“Bukan ngga enak sayang, tapi geli aja. Enak sih enak, tapi jadinya lain …” ucapan mama stop.“Lain apanya?” tanyaku lagi.“Pokoknya lain enaknya. Jangan di sana lagi deh.” pinta mama. Aku kemudian menghentikan gerilyaku, dan kembali menjadi patung lagi. Aku tidak tau apakah mama merasakan tonjolan mr junior di pahanya atau tidak. Kalo dipikir secara logika, dia pasti merasakan tonjolan keras dibalik celana tidurku, karena pahanya tepat mendarat di sana. Tapi dia tidak beraksi apapun. Setelah itu, mama tidak bisa lagi tidur. Jadi kami akhirnya ngobrol-ngobrol di atas ranjang dengan posisi yang sama pula. Sudah hampir 1 jam kami ngobrol di atas ranjang, akhirnya aku meminta mama untuk mandi dulu, karena hari ini kita mau jalan-jalan lagi. Mama kemudian bangkit dari tempat tidur, dan menuju kamar mandi. 5 menit kemudian, aku pun bangkit dari tempat tidur. Kupikir sambil menunggu mama selesai mandi, lebih baik aku menyiapkan sarapan pagi roti panggang pake selai strawberry. Setelah berjalan beberapa langkah dari pintu kamar, aku dikejutkan oleh sesuatu di depan mataku. Kudapat pintu kamar mandi tidak tertutup rapat oleh mama. Ini adalah kesengajaan atau tidak, aku tidak tahu. Akal sehatku mulai berkelahi dengan akal kotorku. Akal sehatku menyuruhku untuk tidak melihat dibalik pintu yang tidak tertutup rapat itu dan segera langsung menuju ke daput, sedangkan akal kotorku mengatakan kalo hanya mengintip sebentar tidak ada ruginya. Alhasil dari perkelahian akal sehat melawan akal kotor, pemenangnya adalah akal ngga sehatku alias akal kotor. Aku berjalan sambil berjinjit-jinjit, agar langkah kakiku tidak terdengar olehnya. Kudorong perlahan-lahan pintu kamar mandi yang tidak tertutup rapat tersebut. Posisi shower di kamar mandi tepat disamping pintu kamar mandi. Shower cubic/ruang shower di kamar mandi terlapisi oleh kaca yang bening. Sehingga dapat terlihat dengan jelas siapapun yang mandi di sana. Kubuka pintu kamar mandi hanya sekitar centimeter lebarnya, dan mata kananku perlahan-lahan mulai mengintip lewat celah sempit tersebut. Hanya sekilas saja, aku langsung menelan ludah, dan jantungku kembali berdegup kencang. Antara takut dan bergairah menjadi satu. Takut apabila nanti kepergok mengintip mandi, dan bergairah karena menonton tubuh bugil mama sedang mandi. Mr junior alias batang penisku kembali mengeras. Napasku jadi tidak beraturan. Kulihat mama sedang membilas rambutnya dengan shampoo dengan mata yang terpejam, kemudian setelah itu menyabuni tubuhnya dari dada, perut, punggung, tangan, dan kakinya dengan shower gel. Oh … sungguh indah pemandangan saat itu. Begitu sempurna tubuhnya di umurnya yang masih 35 tahun. Hampir 10 menit lamanya aku berdiri termangu di depan pintu kamar mandi. Jantungku terus menerus berdegup dengan kencang-nya. Mr junior pun ikut nyut2an alias menegang pada tegangan yang paling tinggi. Tiba-tiba mama memutar kran showernya, pertanda mandinya telah selesai. Aku dengan segera lari-lari berjinjit-jinjit menuju dapur. Sesampai di dapur, aku lupa apa tujuan awalku di dapur. Aku hanya membuka-buka lemari di dapur dan kulkas. Mengambil makanan apa saja yang aku lihat. Tak lama kemudian mama keluar dari kamar mandi dengan santainya dan menuju ke dapur. Tidak tampak di raut wajahnya adanya perasaan kaget atau curiga. Sikap mama biasa-biasa saja sambil berjalan mendekatiku. “Timmy, kamu mau bikin apa?” tanya mama santai.“Oh ini … Timmy mau bikin breakfast dulu. Mama siap-siap aja dulu. Kita keluar setengah jam lagi.” jawabku.“Iya sudah, sini mama yang bikinin, kamu mandi dulu deh. Biar ngga buang-buang waktu.” perintah mama. Selama di kamar mandi, bayangan tubuh mama tadi yang sedang bugil sambil mandi tidak dapat dengan mudah lepas dari pikiranku. Aku dibikin pusing oleh pikiran jorok ini. Tetapi di dalam hati kecilku berharap agar hari-hari berikutnya aku masih bisa mengintipnya paling tidak sekali atau dua kali, dengan harapan mama mungkin lupa menutup kamar mandinya lagi. Hari itu kami menghabiskan waktu berjalan-jalan di kota pinggiran dan sempat mampir ke toko furniture untuk membeli sofa. Namun sayang sekali sofa yang kami pilih tersebut masih harus menunggu sekitar 2 minggu untuk bisa diantar ke rumah, karena kami memilih warna sofa yang sedang tidak ada stok barangnya. Jadi si toko tersebut harus membuat yang baru. Bagiku 2 minggu menunggu tidak ada masalah, karena ide untuk membeli sofa bukan datang dariku. Tidak ada sofa pun aku masih bisa bertahan hidup, karena pada dasarnya aku hanya tinggal sendirian saja. Karena mama bakalan tinggal di Australia ini lebih dari 2 minggu, kami sempat mampir ke travel agent terdekat untuk mencari-cari info tentang holiday di Sydney, Gold Coast, Melbourne, dan Hobart Tasmania. Namun hari itu kami masih belon memberikan keputusan akan berlibur di kota yang mana. Aku secara pribadi ingin sekali mengunjungi kota Sydney dan bermain-main di theme park di Gold Coast. Kalo mama antar Sydney atau Melbourne. Karena masih belum ada keputusan yang solid, kami tidak mem-booking dulu pake holiday tersebut. Tak terasa kami seharian keluar rumah. Sesampai di rumah pukul 8 malam. Malam itu kami membeli makanan take away untuk makan malam kami. Terlalu letih untuk makan di restoran lagi, dan terlalu letih untuk memasak di apartment. Jadi membeli makanan take away adalah pilihan yang tepat. Mama membeli paket sushi kesukaannya, dan karena aku tidak doyan sushi, aku membeli paket bento yang berisi nasi, ayam terayaki, dan sayur mayur. Kami makan sambil ngobrol santai. Kalo dengan mama ada saja yang bisa diobrolkan. Dia sepertinya banyak sekali bahan pembicaraan. Dari cerita kehidupannya, kehidupan papa, dan kehidupan teman-temannya. Termasuk kehidupanku sewaktu masih kecil. Jam telah menunjukkan pukul 10 malam. “Besok kita mau ke mana?” tanya mama.“Hmm … terserah mama. Besok mau coba main golf ngga? Di sini banyak orang Indo pula yang datang untuk bermain golf di sini.” ajakku.“Tapi mama ngga bisa maen golf. Papa tuh jago maen golf.” puji mama.“Iya kita ke sana aja. Kita maen aja yang asal pukul aja … namanya Driving Range.” jawabku lagi.“Ok.” jawab mama singkat. Aku pun segera beranjak dari meja makan, dan membereskan piring-piring kotor. Mama pun beranjak dari meja makan, kemudian menuju laptopku. “Mama mau emailin papa dulu yah. Moga-moga dia online. Jadi mama ngga perlu telp. Timmy mandi dulu abis cuci piring yah?!” ujar mama. Selama aku mencuci piring, suasana menjadi sedikit hening. Mama terlalu berkonsentrasi dengan laptopku menulis cerita tentang kegiatan kita seharian lewat email. Pikiran jorokku mulai kambuh lagi di saat aku sedang asyik mencuci piring. Di dalam hati kecilku juga berharap agar malam ini mama lupa lagi menutup rapat pintu kamar mandinya. Pikiran jorok dan harapan yang tidak tau malu ini masih meracuniku di saat aku sedang mandi malam. “Ma, Timmy dah selesai mandi. Mama mandi dulu deh.” suruhku.“Iya, ntar rada tanggung.” jawab mama. Aku pun duduk bersila di samping mama. Kulihat monitor laptopku. Mama sedang mengetik panjang email tentang kegiatan kami seharian. Dari makan pagi sampai makan malam. Tapi aksiku di pagi hari yang mengelus-elus paha mama jelas tidak diceritakan di email tersebut. Setelah email itu dikirim, mama pun beranjak dari bean bag sofa dan langsung menuju kamar tidur untuk menata oleh-oleh yang dibelinya seharian dan juga mengambil pakaian tidur barunya sebelum mandi. Aku diam-diam mengamati gerak-gerik mama. Aku berpura-pura mondar-mandi di dapur untuk mencari camilan dan minuman ringan. Sesekali aku masuk ke kamar tidur dengan pura-pura mengambil buku atau mengambil apa aja. Berlagak pura-pura sibuk. Setengah jam kemudian, mama keluar dari kamar tidur dan menuju kamar mandi. It is the moment of truth inilah moment yang ditunggu-tunggu. “Takkk … ” begitulah bunyi pintu kamar mandi. Suara pintu yang tidak begitu keras. Aku mencoba untuk tidak bertindak terlebih dahulu. Setelah menunggu 5 menit lamanya, aku bangkit dari bean bag sofa-ku dan berjalan berjinjit-jinjit menuju ke kamar mandi untuk mengecek keadaan pintu kamar mandi. Sesampai di depan kamar mandi, entah mengapa hatiku menjadi girang tak karuan. Sekali lagi, pintu kamar mandi tidak mama tutup dengan rapat. Aku mulai menaruh sedikit kecurigaan dengan kelakuan mama ini. Aku curiga apa ini dilakukan dengan sengaja olehnya. Karena pertama, pintu kamar mandi tidak rusak, dan bisa tertutup dengan rapat apabila memang mau ditutup. Kedua, tadi pagi sewaktu mama selesai mandi, semestinya dia sadar apabila pintu kamar mandi tidak tertutup rapat, bahkan terbuka centimeter. Apabila dikata yang tadi pagi itu adalah suatu kesalahan, tidaklah mungkin akan mama lakukan kesalahan yang sama untuk yang kedua kalinya. Jantungku kembali lagi berdegup dengan kencang, namun kali ini perasaan takutku menjadi sedikit berkurang dibanding yang pagi hari. Karena diotakku telah ada asumsi bahwa ini adalah suatu kesengajaan dari mama. Sekali lagi aku sedang menikmati pemandangan indah yang kurang lebih mirip seperti yang pagi hari. Ketika aku sedang asyik menonton pemandangan yang indah penuh nafsu itu, tiba-tiba kran shower tiba-tiba dimatikan olehnya. Inilah sinyal untuk segera kembali ke tempat asalku yang tadi. Aku berpura-pura memandangi layar monitor laptopku, namun otak bersihku masih belum sepenuhnya sadar. Aku berpura-pura membuka berita-berita di Internet. Tidak sampai 5 menit sejak kran shower dimatikan, mama muncul dari kamar mandi. Aku berpura-pura sibuk. Bau wangi yang tidak asing lagi semakin lama semakin mendekat. Tiba-tiba aku dikejutkan oleh suara dibelakang. “Papa online ngga?” tanya mama. Alamak … aku kaget sekali dan hampir tidak percaya dengan apa yang aku lihat di sampingku. Mama tiba-tiba bertekuk lutut di sampingku sambil melihat layar monitor laptopku dengan tubuhnya yang setengah basah hanya terbungkus handuk sambil memegang baju kotornya. Aku sampai sempat melongo dengan tingkah mama malam itu. Selama ini belum pernah aku melihat kondisi mama yang seperti ini sewaktu aku masih di Indonesia. Bisa dikatakan kondisi mama saat itu setengah terlanjang. Bahu dan dada atasnya yang putih mulus tampak terlihat dengan jelas. Aku berpura-pura cool atau bisa dikatakan sok cool. Seperti cuek aja dengan kelakuan mama malam itu. “Nup, papa ngga online.” jawabku santai.“Ehmmm … apa belum pulang papa dari kantor?” tanya mama heran.“Coba aja mama sms papa.” jawabku lagi.“Iya dah gampang. Mama mau coba packing oleh-oleh lagi deh.” serunya sambil meninggalkan ruang tamu, kemudian menuju kamar. Aku memutuskan bahwa asumsiku tidaklah salah. Ini pasti ada unsur kesengajaan mama. Aku semakin penasaran saja apa sebenarnya rencana dia. Otakku semakin berperang, batinku tidak tenang. Positive dan negative tidaklah lagi seimbang. Otakku semakin menjurus ke negative thinking. Satu jam kemudian, suasana di dalam rumah menjadi hening. Aku tidak mendengar suara gaduh dari kamar tidurku. Yang aku dengar hanya kipas angin laptopku saja. Kulihat jam sudah lewat pukul 12 malam. Aku berjalan pelan-pelan menuju ke kamar, kulihat mama sudah tidur di atas ranjang dengan lampu yang masih menyala. Aku mematikan laptopku, kemudian sikat gigi, bersiap-siap untuk tidur pula. Besok adalah hari yang panjang lagi. Banyak kegiatan dan aktifitas yang ingin aku lakukan dengannya. Kumatikan lampu kamar tidur, dan kemudian naik ke ranjang dan cepat-cepat menutup selimut. Aku susah sekali untuk tidur, sudah 15 menit aku membolak-balikkan badanku, mencari posisi yang enak untuk tidur. Otakku yang sebelumnya berpikiran jorok, sekarang menjadi nakal. Entah ada dorongan dari mana, tiba-tiba aku ingin sekali menjahili mama malam itu. Kucoba memepetkan tubuhku dengan tubuhnya dibalik selimut. Posisi tidur mama sedang terlentang. Perlahan-lahan tangan kananku mendarat ke paha kirinya. Aku diam sejenak seperti patung. Setelah mengatur nafasku, aku mencoba mengelus-elus paha kirinya dengan lembut. Aku kembali teringat kata-kata mama apabila pahanya dielus-elus memberikan kesan yang berbeda enaknya. Aku menjadi penasaran dan ingin tahu perasaan berbeda yang seperti apakah yang dimaksud mama pagi itu. Setelah lama aku elus-elus paha kirinya, tidak ada reaksi yang berarti darinya. Kucoba naik sedikit mendekati pangkal pahanya. Untung saja malam itu mama mengenakan celana boxer yang sama seperti kemarin malam. Jadi mengelus-elus daerah paha atasnya atau daerah pangkal pahanya tidaklah sulit. Hanya beberapa menit saja, aku merasakan ada reaksi dari tubuh mama. Kedua kakinya mulai sedikit bergerak-gerak. Seperti menahan geli yang nikmat. Aku semakin berani dan mulai sedikit kurang ajar. Seakan-akan berasumsi bahwa ini adalah lampu hijau, aku semakin nekat saja jadinya. Mr junior kembali menjadi tegak. Nafasku menjadi terputus-putus. Telapak tanganku berusaha mencapai pangkal paha kirinya, dan setelah merasa sudah mentok di sana, kujulurkan jari tengahku untuk menyelinap di balik celana dalam mama. Ketika sampai pada mulut kemaluannya atau mulut vaginanya, aku merasakan jelas bulu pubis atau istilahnya jembut mama sudah basah, dan hanya dengan hitungan detik tiba-tiba … “Plakkk” … sakit sekali. “TIMMY … kamu kok kurang ajar sekali ama mama.” bentak mama setelah menampar pipiku.“Kamu ini belajar dari mana sampai kurang ajar seperti ini.” bentaknya lagi. Aku tidak tahu harus bagaimana. Aku tidak bisa melihat wajah mama yang sedang marah karena suasana kamar telah gelap. Aku takut bercampur malu. Tapi rasa takutku lebih banyak daripada rasa maluku. “Timmy … jawab pertanyaan mama. Kamu kok bisa kurang ajar ama mama.” desak mamaku. Aku mati kutu, benar-benar tidak tau harus menjawab apa. Karena memang tidak ada yang mengajariku untuk berbuat kurang ajar seperti itu. Ingin menceritakan kepadanya bahwa aku sering melihatnya bermesraan’ dengan papa, kayaknya sudah tidak mungkin. Karena mungkin itu akan membuatnya semakin marah dan malu. Aku menjadi pasrah saja dengan keadaan. “Anu … anu … Timmy ngga tau mama.” jawabku pasrah.“Kalo ngga tau kenapa kamu kurang ajar sekali dan nekat gitu.” tegas mama. Aku menyesal sekali karena asumsiku ternyata salah total. Akhirnya aku memilih untuk menyerah dan menceritakan apa yang sedang aku alami sewaktu masih di Indo, dan kelainan aneh yang aku alami dari pertama sampai akhir. Mama mendengarkan dengan seksama dan menderung untuk mendengarkan. Aku bercerita tentang diriku yang aneh dan kejadian-kejadian aneh yang aku alami ini dari A sampai Z cukup lama. Aku menafsir kira-kira 2 jam lamanya aku menceritakan semua isi hatiku ini kepadanya. Yang mengherankan, justru setelah aku menceritakan semuanya ini, beban perasaan yang aku simpan bertahun-tahun ini langsung lenyap. Meskipun aku tahu bahwa yang mendengarkan ceritaku ini adalah mamaku sendiri. Setelah ceritaku berakhir, mama hanya diam saja. Tidak ada omelan, ocehan, atau bentakan darinya lagi. Tingkah mama seolah-olah mengerti, memaklumi, dan seolah-olah seperti menemukan jawaban yang dia nanti-nantikan. Mama kembali merebahkan tubuhnya kembali di atas ranjang sambil membelakangiku. Suasana kembali hening. Aku juga ikut berbaring di atas ranjang. Mataku masih belum terpejam, dan sedang merawang-rawan di atas langit-langit kamar yang gelap. Aku menghela nafas panjang. Kecewa, malu, lega, dan takut menjadi satu. Kondisi mama pun juga sama, dia juga tidak bisa tidur. Meskipun dia sedang membelakangiku, namun tubuhnya tidak pernah diam. Seperti mau begini tidak enak, mau begitu tidak enak. Aku tidak tau apa yang sedang mama pikirkan, dan aku juga tidak berani bertanya macam-macam lagi. Aku memilih untuk diam dulu. Tiba-tiba mama membalikkan badannya, dan tanpa aku duga tiba-tiba tangan kanan menyelinap di bawah celana tidurku dan langsung menggenggam penisku yang masih loyo dengan gampang dan cepatnya. Perlu diketahui bahwa aku sampai sekarang ini tidak pernah memakai celana dalam sewaktu tidur, karena alasan kenyamanan saja bila melepas celana dalam waktu tidur. Terang saja tidak sulit baginya untuk menemukan posisiku penisku di balik celana tidurku. Terus terang aku kaget setengah mampus dengan gelagat mama malam itu. Aku tidak pernah menyangka sama sekali apa yang sedang dia lakukan sekarang. Dengan cepatnya dia menggenggam penisku. “Mama … ” seruku kaget setengah protes.“Sssttt … Timmy tenang aja. Anggap ini bonus.” bisik mama. Aku kembali diam, dan membiarkan apa rencana yang akan mama buat malam itu. Penisku perlahan-lahan mulai mengeras, karena ternyata mama mengganti genggamannya dengan kocokan-kocokan lembut. Jantungku kembali berdegup kencang. Nikmat sekali kocokan-kocokan lembut dari tangannya. Sangat berbeda dengan kocokan tanganku sendiri sewaktu sedang ingin ber-onani. “Ahhh … ” desahku. Tanpa bisa aku kontrol desahan ini tiba-tiba keluar dari mulutku. Tak lama kemudian, mama menaruh air liur sedikit di telapak tangannya dan mengocok-kocok lagi penisku. Alamak … kali ini kocokan lebih nikmat dari yang tadi. Air liur mama membuat licin kocokan tangannya, membuatku semakin keenakan dibuatnya. “Ahhh … ahhh …” desahku makin menjadi-jadi, penisku makin lama makin mengeras. Mama tidak berkomentar sama sekali, dan tetap saja dengan santainya mengocok-kocok penisku. Aku kemudian melepas total celana tidurku, agar memberikan keleluasaan dan ruang lebih lebar untuk memainkan irama kocokannya terhadap penisku. Kira-kira lebih dari 10 menit, mama sibuk mengocok-kocok penisku, tetapi aku belum menunjukkan tanda-tanda ingin berejakulasi. Nafas mama terdengar sedikit capek. Tanpa berpikir panjang lagi, aku menampik tangan mama dari penisku dan aku bangkit menimpa tubuh mama. “Timmy … mau apa kamu?” tanya mama heran.“Pengen cobain ma.” jawabku singkat.“Timmyyy … ini mama … mana bisa begitu. Ini ngga boleh. Tabu kan?!” protes mama.“Tapi Timmy pengen banget ma.” jawabku lagi sambil berusaha menarik lepas celana boxer mama. Yang membuatku semakin berani, mama tidak berusaha menahan ulahku itu. Setelah aku tarik celana boxernya, tanpa pikir panjang lagi aku tarik pula celana dalamnya dengan secepat mungkin. Kini mama sudah terlanjang bawah, dan aku pun juga terlanjang bawah. Kemudian kulebarkan selangkangannya agar aku bisa memasukkan penisku ke dalam memek mama. Tiba-tiba kedua tangan mama menutup lubang memeknya. “Pijitin mama dulu dong?!” minta mama. Mendengar itu aku menjadi sedikit kecewa, meskipun sebenarnya mama telah memberikan lampu hijau kepadaku. Tanpa banyak bicara, mama membalikkan badannya ke posisi telungkup, pertanda ingin dipijit dahulu. Akhirnya aku mengalah dan berusaha untuk bersabar dulu. Kupijit leher belakangnya, kemudian turun menuju punggung atas dan turun lagi ke punggu bawah berirama. Aku duduk di atas pantat mama dengan penisku masih saja tegang. Sambil memijitnya, aku juga berupaya menggesek-gesek penisku di celah-celah pantat mama. Memberikan sensasi yang nikmat bagiku. Dan ternyata mama sangat menyukai pijitanku. “Hmmm …” dengung mama pertanda dia sangat menikmati pijitanku ini. Tak lama kemudian dia bangkit dari posisinya yang telungkup tadi. Aku mengira dia mau menyuruhku mengakhiri pijitannya. Tapi diluar dugaan, dia melepas baju tidurnya bersama BH-nya tanpa berucap satu kata pun. Aku dapat melihat tubuh bugilnya di balik remang-remang. Sungguh indah tubuh mamaku ini, kataku dalam hati. Mama akhirnya kembali lagi dengan posisi telungkupnya, berharap untuk kembali dipijit lagi. Seperti kerbau dicucuk hidungnya, aku kembali ke pekerjaanku semula. Kupijit lagi leher belakangnya, kemudian turun menuju punggung atas dan turun lagi ke punggu bawah berirama. Aku juga masih terus menggesek-gesekkan penisku di celah-celah pantat mama. Kudengar lagi dengungan nikmat darinya. Aku sekarang menjadi berani. Kucoba mengarahkan ujung penisku di celah dalam pantatnya, berharap aku bisa menemukan bibir memeknya. Mama tidak protes dengan tingkahku itu, dan masih tetap diam. Sambil tetap memijit-mijit punggungnya, aku mencoba mendorong-dorong pinggulku, berharap ujung penisku mampu menembus masuk ke bibir memeknya. Usahaku ini ternyata tidak terlalu sulit. Karena ternyata bibir memek mama telah menyambut kedatangan penisku dengan kondisinya yang telah basah dan lembab. Aku berhasil menancapkan penisku sedalam 2 centi ke dalam liang memeknya. “Ahhh … Timmy … kok dimasukkin?” tanya mama pura-pura protes. Aku memilih untuk berpura-pura tidak mendengarnya, dan melanjutkan misiku lagi. Kali ini aku dorong batang penisku dengan paksa, agar terbenam semuanya di dalam memek mama. “Ohhh …” guman mama. Memek mama terasa basah sekali, lembab, dan licin. Kini aku menghentikan pijitanku, dan kedua telapak tanganku aku gunakan untuk menjadi tumpuan tubuhku agar tidak menindih tubuh mama. Dengan posisinya yang masih telungkup, aku setubuhi mamaku. “Ceplak … ceplak …” bunyi seperti tamparan datang dari pantat mama karena aku menyetubuhinya dari belakang dengan posisinya yang masih telungkup. “Timmmyyy … ahh … ahh … geli sayang …” desahan mama pun makin lama makin menjadi-jadi. Kukocok terus liang memek mama non-stop. Mama seperti cacing kepanasan, dia remas semua yang ada disekitarnya. Korban yang paling kasihan adalah si bantal, karena dengan posisinya yang telungkup, mama secara praktis nyaris tidak mampu bergerak lebih banyak, sepertinya pasrah menerima hantaman-hantaman nikmat dari batang penisku di dalam liang memeknya. Remasan tangannya terhadap si bantal semakin menguat, dan tiba-tiba tubuh mama mengejang. Sesaat kemudian dia menutup mukanya dengan bantal sambil mengerang keras. “Errghhhhhh …” erang mama di balik bantal dengan kerasnya. Mama berusaha meredam erangannya dibalik bantal. Aku menghentikan goyangan pinggulku karena tubuh mama dalam kondisi yang menegang dari biasanya, dan memberikan waktu untuknya mengerang sepuas-puasnya. “Huh … huh … huh …” nafas mama mulai tidak beraturan seperti baru saja berlari sejauh 2 km tanpa berhenti. Setelah nafasnya mulai terlihat sedikit stabil, mama membalikkan tubuhnya menjadi terlentang. “Timmy … kamu bener-bener anak mama yang paling nakal. Pertama berani kurang ajar ama mama, sekarang berani-beraninya gituin mama.” kata mama sambil melebarkan selangkangannya, membuka pintu agar penisku bisa masuk kembali. Mendengar ucapan mama ini, aku tersenyum di dalam keremangan kamar. Kini kamarku penuh dengan hawa nafsu birahi milikku dan mama. Aku sempat berpikir betapa nikmatnya melakukan perbuatan tabu ini bersama mamaku sendiri. Aku melepaskan baju tidurku yang masih melekat di tubuhku dan kemudian tanpa basa-basi lagi, aku kembali menembak masuk batang penisku ke dalam memek mama lagi. “Slep …” bunyi penis memasuki liang memek yang sedang pada posisi basah 100%. Kembali aku menyetubuhi mamaku lagi dengan posisi tubuhnya yang terlentang dengan membuka selangkangannya selebar-lebarnya. “Ahhh … ahhh … sayang … ” desah mama penuh nafsu. Setiap kata desahan yang keluar dari mulutnya seperti memberikan aliran listrik yang mengalir di tubuhku. Memberikan dentuman-dentuman nikmat disekujur tubuhku. Tiba-tiba tubuhku sedikit bergejolak dan penisku seakan-akan mengembang sedikit. Inilah pertanda bahwa permainan tabu ini akan segera berakhir. Aku semakin mempercepat goyanganku dan gesekan penisku semakin aku percepat. Kelicinan liang memek mama sangat membantu proses percepatan gesekan dari penisku, dan memberikan sensasi yang makin lama semakin nikmat. “Timmy sayang … kamu mau datang yah?” tanya mama.“Iya … mama kok bisa tau?” tanyaku heran.“Timmy … ini mamamu … mama tau segalanya tentang anaknya … ” jawab mama sambil terus mendesah.“Ehm … ” responku. Aku sudah akan mencapai klimaks. Aku tau ini tidak akan lama lagi. “Timmy boleh keluar di dalam?” tanyaku.“Di mana pun yang kamu mau sayang … ” jawab mama mesra. Aku menjadi semakin gila rasanya. Kecepatan gesekan penisku semakin aku tambah. Suara desahan mama pun semakin membabi buta dan tidak terkontrol lagi. Tubuhnya kini kembali menegang seperti sebelumnya. “Timmy … mama mau dapet sayang … ahhh ahhh” kata mama yang semakin kacau. Aku merasa telah mencapai 80% mendekati klimaks, dan aku merasa pula sepertinya sebentar lagi mama akan meletup sebelum aku mencari klimaks. “Ahhh … ahhh … Timmy … udah mauu keluarrrr belonnn?” tanya mama seperti cacing kepanasan.“Ntar … ntar lagi …” jawabku dengan nafasku yang mulai terputus-putus. Baru saja aku selesai bicara, tiba-tiba kedua tangan mama mendarat di dadaku dan kedua ibu jarinya mengosok lembut puting susuku. Ulah mama ini memberikan kejutan mendadak terhadap tubuhku. Rasa geli dan nikmat yang luar biasa sewaktu puting susuku digosok-gosok lembut oleh kedua ibu jarinya, membuatku menjadi kalap dan tidak terkontrol. Seakan-akan dia tau kelemahanku yang mana aku tidak pernah menyadari sejak dulu. Di mana yang tadi masih 80% menuju ejakulasi tiba-tiba meluncur dasyat menjadi 100% akibat ulah mama ini. Aku tidak lagi mampu menahan kedasyatan senjata rahasianya yang baru saja mama keluarkan. Aku hentikan gesekan penisku dan menekan sepenuhnya batang penisku ke dalam liang memeknya tanpa ada sisa 1 milimeter pun. “Ahhh … Timmy keluarrrr … ahhh ahhh … ” jeritku tak terkontrol lagi sambil memuntahkan semua air maniku di dalam liang memek mama tanpa ampun sambil memeluk tubuh mamaku. Mama pun juga ikut mengerang, dan lebih dasyat dari yang pertama. Kedua kakinya mengapit pantatku dan menekannya dengan sekuat tenaga seperti berharap agar semua batang penisku tertanam dalam dalam dan memuntahkan semua isinya di dalam liang memeknya. Setelah erangan kami mulai mereda, kami berdua masih bernafas dengan ngos-ngosan. Seperti baru saja lari maraton jarak jauh. Dengan nafas yang masih terputus-putus, aku bertanya kepadanya bahwa senjata rahasia yang dia gunakan sebelumnya mampu menaklukkanku dalam sekejab. Dia mengatakan bahwa daerah itu adalah titik kelemahan papa dan dia sebenarnya tidak menyangka apabila daerah itu adalah titik kelemahanku juga. Like father like son begitulah candanya. Tubuh kami masih saling berpelukan, dan batang penisku masih menancap di dalam memek mama. Aku masih belum ingin menariknya, karena aku suka kehangatan liang memeknya yang kini penuh dengan air maniku sendiri. Aku menghabiskan sisa-sisa waktu yang ada dengan banyak bertanya. Aku pun bertanya apakah ngga apa-apa aku keluar atau kata lain ejakulasi di dalam memeknya. Mama mengatakan tidak ada masalah, karena dia sudah memakai sistem kontrasepsi rutin. Aku juga meminta maaf kepadanya karena aku khilaf dan tidak mampu menahan kekuatan nafsu birahiku terhadapnya. Namun mama mengatakan tidak pernah dipikirkan lagi, karena dia mengerti kalo aku sedang menuju masa puber. Tapi dia sempat bercanda dengan mengatakan kepadaku bukan karena alasan puberitas yang harus disalahkan sehingga harus menyetubuhi mamanya sendiri. Aku sedikit malu mendengar pernyataan ini. Mama memintaku berjanji untuk tidak mengulangi perbuataan tabu ini. Namun dalam singkat cerita saja, selama mama menghabiskan liburannya di sini, aku selalu saja memiliki akal yang mampu mendorong hatinya untuk aku setubuhi lagi. Aku kurang lebih sudah mengerti apa yang bisa membuatnya terasangsan atau horny. Aku sering menawarkan diri untuk memijitnya setiap malam dan bangun tidur, dan tawaran ini tidak pernah ditolak olehnya. Strategy yang aku gunakan selalu sama saja, dan sering berhasil dengan ampuh. Pernah sekali di suatu malam, sewaktu mama merasa letih dan tidak berminat melayaniku, dimana aku sangat bandel dan berkesan memaksa, akhirnya mama pun menyerah dan pasrah melayani nafsu birahiku karena tidak tega melihatku memohon-mohon padanya untuk dipuasi. Di saat itu juga dia langsung menyerang daerah paling sensitif dan daerah kelemahanku, hanya sekitar kurang dari 2 menit aku sudah mencapai ejakulasiku. Selama 3 minggu liburan mama di sini mirip seperti sedang berbulan madu. Semuanya serba bersama dengannya. Jalan-jalan bersama, liburan ke Sydney dan Melbourne bersama, mandi bersama, tidur bersama, dan bersama-sama melampiaskan nafsu birahi masing-masing. Saat ini sudah 3 bulan berlalu semenjak mama kembali ke Jakarta. Aku sudah tidak sabar menunggu libur kuliah. Aku menjadi kecanduan dengan apa yang dinamakan hubungan suami-istri. Namun aku hanya ingin melakukannya dengan mamaku sendiri. Mungkin di Jakarta nanti, tidak terlalu susah bagiku untuk meminta jatah lagi darinya, karena tidak ada yang akan menaruh rasa curiga terhadap kami, karena kami adalah ibu dan anak. . loading...
Kesetiaan sudah pasti ada ganjarannya. Begitulah juga kisahnya tentang dua beranak ini. Kalsom merupakan janda yang diceraikan suami. Kecurangannya yang dapat dihidu suaminya mengakibatkan dia diceraikan. Kedua-dua anak mereka yang masih bersekolah dijaga bekas suaminya. Hanya anak bujangnya, Ali sahaja yang ingin tinggal bersama dengannya kerana ingin menjaga duduk sendirian di pangkin di bawah pohon jambu. Matanya merenung kosong ke kawasan kebun getah yang terletak di sebelah rumah. Kebun getah peninggalan arwah ibu bapanya terbiar bersemak. Kelihatan kelibat seorang lelaki sedang menebas semak yang meninggi. Lelaki itu adalah anaknya Ali. Tuala kecil diambil dan dilap peluh di masak di dalam botol diteguknya perlahan-lahan. Cuaca panas membahangkan dirinya. Kemudian punggung yang bulat dan sendat dibaluti seluar trek itu pun bangun dari pangkin. Kalsom berjalan menuju ke arah anaknya. Lenggokkan punggung janda 42 tahun itu seakan mahu mengoyakkan seluar treknya. Pehanya yang mengayun langkah kakinya kelihatan sendat menggebu dan licin dibaluti seluar Kalau penat rehatlah dulu. Biar ibu pula sambung menebas. Kalsom bersuara sebaik dia menghampiri pe bu.. Ali belum penat lagi. Kalau ibu nak sambung menebas boleh buat kat belah sana. Ali belum usik lagi kat situ. kata Ali yang sedang berdiri termengah-mengah. Peluh kelihatan menitik di pun menyambung menebas semak yang menguasai kawasan kebun getah tua itu. Mereka membersihkan kebun bersama-sama lantaran itu adalah sumber pendapatan mereka buat sementara waktu sebelum Ali memperolehi kerja yang kerja keras mereka anak beranak, akhirnya bersih juga kebun getah yang telah berhari-hari mereka berdua kerjakan. Maka bermula sudah hasil pengumpulan susu getah dari pokok-pokok yang sudah tua itu. Sebulan mereka berdua menoreh, hasilnya berjaya juga mereka kecapi. Meskipun hasil tidak sebanyak pokok muda, namun dapat juga menampung kehidupan mereka satu pagi yang gelap. Jam baru menunjukkan pukul pagi. Suasana masih gelap di dalam kebun getah sementara mereka anak beranak sedang sibuk menoreh dari pokok-pokok getah. Namun, sesungguhnya malang tidak berbau. Keadaan yang hanya di terangi pelita membuatkan suasana agak suram dan lebih kepada kegelapan berbanding Kalsom menuju dari satu pokok ke pokok lain, kakinya terpijak dahan pokok getah dan akibatnya dia tergelincir alu jatuh terduduk di atas dahan yang dipijaknya itu. Kesakitan di punggungnya membuatkan Kalsom mengadoi kuat. Ali yang kebetulan berada berhampiran berlari mendapatkan ibunya yang terduduk di atas Macam mana boleh jadi macam ni bu? Ibu ok? tanya Ali kerisauan sambil mengangkat tubuh montok berkerut muka menahan sakit di punggung. Dia memaut bahu Ali untuk bangun sementara Ali memaut punggung ibunya bagi membantunya berdiri. Kelembutan daging punggung Kalsom yang lebar itu bagaikan mengalirkan elektrik ke tubuh mereka anak beranak. Ali seperti baru bangun dari mimpi. Baru dia sedar bahawa ibunya itu memiliki punggung yang cantik dan hairan jika di usia yang dikira berumur sebegitu ibunya pernah diratah lelaki lain hingga berlakunya perceraian. Kalsom juga turut merasai sesuatu yang pelik disaat anaknya mengangkat punggungnya. Dirasakan tangan Ali bagaikan memberinya satu belaian yang mantap. Sudah lama dia tidak merasai punggungnya di belai dan di ramas tangan sasa terakhir adalah sewaktu bersama kekasihnya, Murad. Kejadian yang memberinya kenikmatan setelah seharian melakukan persetubuhan luar nikah di bilik hotel murahan lantaran terlalu mengikutkan nafsu dan kata-kata Murad yang mengidamkan punggungnya. Bukan sekali dua, malah berkali-kali mereka pernah entah apa malangnya pada hari itu mereka di serbu pegawai pencegah maksiat. Air mani yang masih belum kering dan membasahi kainnya menjadi bukti dimahkamah. Air mani Murad yang dilepaskan di dalam dubur Kalsom menjadi saksi persetubuhan yang enak telah berlaku antara mereka berdua. Fikiran Kalsom melayang mengenang kisah hitam dalam hidupnya itu Kalsom tidak menoreh. Dia berehat di rumah sahaja. Punggungnya masih lagi terasa sakitnya. Selepas menyiapkan sarapan, Kalsom menyambar sebotol minyak urut dan membuka penutupnya. Simpulan kain batik dileraikan hingga kainnya longgar jatuh ke lantai. Kalsom melumur minyak urut di punggung. Di sapu dan diurut perlahan-lahan bagi melegakan sampai ke rumah selepas siap menoreh. Belum sempat dia ingin memberi salam, matanya terpaku melihat ibunya dari luar tingkap dapur. Ibunya berdiri separuh bogel di tepi meja makan. Hanya baju t membaluti tubuhnya. Dari pinggang hinggalah ke hujung kakinya, tiada seurat benang yang membaluti kulit batik lusuh ibunya terperuk di atas lantai. Kelihatan ibunya sedang menyapu minyak di punggungnya yang bulat dan lebar. Mata Ali hampir terbeliak melihat punggung pejal ibunya berkilat disaluti minyak urut. Tubuh ibunya melentik hingga punggungnya kelihatan semakin tonggek. Air liur jantan berkali-kali segera pergi dari situ. Dia melabuhkan punggung di atas pangkin di tepi rumah. Air bekal dalam botol di letakkan di sebelahnya. Matanya merenung ke tanah. Fikirannya bercelaru. Ali keliru tentang perasaannya ketika itu. Antara berahi dan hormat kepada ibunya. Ali serba salah kerana berahi kepada punggung jom sarapan sama-sama. teriak ibunya di pintu dapur. Ali berpaling melihat ibunya. Dia tersenyum lantas bangun menuju ke pintu bersarapan, Ali tidak senang duduk. Wajah matang ibunya yang masih cantik itu sesekali ditatapnya. Ali gelisah di dalam hati. Susuk tubuh ibunya yang separuh telanjang di dapur bermain-main di fikirannya. Ali berasa malu kepada dirinya sendiri. Dia berasa sangat malu kerana berahi melihat bersarapan, Kalsom mengemas meja dan mencuci pinggan dan cawan di sinki dapur. Ali yang baru keluar dari bilik hanya tuala melilit tubuhnya. Sewaktu dia melangkah ke bilik air, dia terpandang susuk tubuh ibunya yang montok sedang berdiri di sinki. Pergerakan ibunya mencuci membuatkan punggungnya berhayun di dalam kain batik lusuh yang serta merta berhenti melangkah. Dia terpaku melihat lenggokkan punggung ibu kandungnya yang tonggek dan menggoda. Baju t ibunya terselak di pinggang membuatkan punggung montoknya terdedah kepada tatapan mata anak muda itu. Seludang mayang Ali kembali bangkit di dalam tuala mandinya. Kelihatan begitu menonjol kelengkangnya di tunjal alat sulit kelakiannya dari dalam tidak mampu lagi menanggung ghairah. Segera Ali ke dalam bilik air. Tuala segera di sangkut di ampai. Bertelanjang Ali di dalam bilik air bersama tegaknya batang besinya ke hadapan. Tangan di basahkan dan di lumurkan sabun. Seludang mayangnya yang keras keghairahan dirocoh laju. Ali kegelinjangan berdiri dalam terpejam. Bayangan punggung ibunya bermain-main difikiran. Ali ghairah. Punggung ibunya menjadi bahan impian nafsu onaninya. Ali semakin gelisah. Air senyawanya hampir terkeluar dari sarungnya. Ali mengocok semakin laju. Akhirnya memancut sudah air benih yang pekat dan banyak ke lantai bilik punggung ibu masih sakit lagi? tanya Ali kepada Kalsom sakit sangat, cuma sengal-sengal sikit. Kenapa nak? tanya Kalsom kepada ada apa-apa.. Ibu selalu bubuh minyak ye? tanya itu je lah yang ibu rasa serasi. Sesekali tu ibu urut-urut juga. Kata Kalsom sambil tangannya terus mengait di atas kalau Ali nak tolong urutkan boleh tak? tanya terdiam sejenak. Pandangannya terhenti di wajah Ali. Kaitan di tangannya juga turut sama terhenti. Wajah anaknya Ali yang berusia 25 tahun itu di tatapnya. Kemudian dia ke Ali nak urutkan ibu? tanya Kalsom inginkan kepastian dari jom.. ajak Ali sambil terus berdiri dan menarik tangan berdiri dan meninggalkan kaitannya di atas meja. Dia menuruti Ali yang memimpin tangannya. Ali masuk ke dalam bilik Kalsom di susuli ibunya. Ali pun duduk di tebing katil sementara Kalsom mengambil minyak urut di almari solek peninggalan arwah kedua ibu bapanya. Kalsom pun baring di atas geram menatap punggung tonggek ibunya yang membukit dan sendat di dalam kain batik. Ali pun mengusap punggung ibunya. Kalsom berdebar-debar di saat jari jemari anaknya menyentuh dan mengusap punggungnya. Ali pun mula mengurut punggung montok ibunya yang montok. Kelembutan daging punggung yang berlemak itu di usap dan di pijatnya dengan pun mencari simpulan kain batik di pinggang ibunya. Jarinya menjumpainya dan menguraikan simpulannya. Kain batik lusuh itu di lorotkan ke bawah punggung ibunya. Terpampanglah kembali punggung yang pernah dilihatnya beberapa hari lalu. Punggung Kalsom yang montok dan lembut berlemak itu bergegar bagaikan di lumurkan di permukaan punggung Kalsom. Tangan anaknya pun mula mengurut-urut lembut punggungnya yang semakin kilat berminyak itu. Ali nampaknya sungguh khusyuk mengurut punggung ibunya. Minyak yang meratai seluruh punggung ibunya memberikan pemandangan yang sungguh mengasyikkan. Belahan punggung ibunya di sapu agar rata dan Kalsom tidak menentu. Dia sendiri tidak menyangka bahawa punggungnya di urut anak kandungnya sendiri tanpa seurat benang. Dia tidak menyalahkan anaknya, malah dia sendiri yang membenarkan. Jiwa Kalsom bergelora di saat jari jemari anaknya mengurut dan seakan bermain-main di belahan saat pintu duburnya tersentuh jemari anaknya, nafas Kalsom seakan terhenti. Nafsunya seakan meninggi hingga terlentik juga punggungnya diperlakukan sebegitu. Kalsom tahu, dalam seluruh anggota tubuh badannya, hanya punggungnya yang menjadi idaman lelaki. Juga kerana punggungnya jugalah dia telah menikmati perzinaan yang sungguh hangat dan menikmatkan hingga berlaku perceraian angkara sebelum Kalsom berkahwin dengan bekas suaminya dahulu, punggung tonggeknya itulah yang menjadi saksi di hujani air mani bekas kekasihnya setiap kali mereka bertemu dahulu. Walau pun tidak pernah dimasuki kemaluan bekas kekasihnya, namun cukup dengan menggoncangkan alat kelamin kekasihnya itu pun sudah cukup memberikan Kalsom pendedahan kepada kemaluan lelaki sebelum berkahwin cukup arif akan selera dan juga kemahuan lelaki yang mengidamkan punggungnya. Baik bekas suaminya, bekas kekasihnya juga kekasih gelapnya. Masing-masing begitu menggilai punggungnya gara-gara bentuknya yang tonggek dan lebar itu. Bekas suaminya merupakan orang yang pertama merasmikan lubang duburnya dan ianya berlaku sewaktu malam pertama mereka menjadi suami ianya menjadi satu kemudahan untuk mereka suami isteri menjarakkan kandungan. Meskipun ianya menyeksakan ketika pertama kali dinikmati bekas suaminya, namun lama-kelamaan ianya menjadi salah satu pintu nafsu di tubuhnya yang sering kali ingin di puaskan. Ketagihan duburnya di liwat kemaluan lelaki membuatkan Kalsom hidup dalam dunia seksual yang sungguh ianya membawa kepada kecurangan yang semata-mata inginkan keseronokan menikmati kemaluan lelaki lain menikmati lubang duburnya. Tetapi kini, Kalsom serba salah. Nafsunya yang sering sahaja terusik setelah lebih dari sebulan tidak menikmati persetubuhan membuatkan fikiran Kalsom bercelaru. Punggungnya yang di urut penuh keberahian oleh anak kandungnya mengundang perasaan syahwat yang Kalsom menoleh dan melihat anaknya. Kelihatan mata Ali khusyuk mengurut dan membelai punggungnya. Mata Kalsom tertancap kepada bonjolan di kain pelikat anaknya. Nyata anaknya juga sebenarnya terangsang dengan punggungnya. Kalsom menggigit bibirnya menandakan dia begitu geram dengan apa yang serta merta semakin bangkit lebih tinggi dan mengghairahkan. Ali melihat ibunya merenung bonjolan di kain pelikat yang dipakainya. Ali merasakan ibunya seakan menginginkan sesuatu yang lebih menghangatkan suasana. Ali menggenggam seludang mayangnya yang keras di dalam kain pelikat. Kalsom tersentak dan melihat wajah mereka bertentangan. Senyuman terukir di bibir mereka anak beranak. Urutan jari jemari Ali di punggung ibunya semakin penuh dengan keberahian. Kalsom melentikkan punggung dan menggelek-geleknya perlahan seakan berniat menggoda anaknya. Ali semakin ghairah dengan perbuatan ibunya. Lantas Ali menundukkan kepalanya di punggung pun berdiri di tepi katil. Kain pelikatnya akhirnya terlucut juga ke lantai. Ali telanjang bulat di sebelah ibunya. Mata Kalsom tidak mahu berganjak dari melihat kemaluan anak kandungnya yang keras menegang gara-gara berahi kepada punggungnya. Kalsom menonggekkan punggung seakan meminta anaknya membenamkan kemaluan di dalam seakan faham dengan keinginan ibunya. Meskipun tiada kata-kata antara mereka, hanya senyuman dan gerakan tubuh sudah cukup memberikan mesej tersirat di hati masing-masing. Dengan perlahan-lahan Ali merangkak di atas katil dan berada di atas tubuh ibunya. Kemaluannya yang keras memanjang menyentuh punggung ibunya dengan perlahan-lahan bersama debaran yang menggila di sedar, persetubuhan bersama anak kandungnya sudah tidak dapat dielakkan lagi. Malah dia juga begitu merindui tusukan penuh nafsu dari alat kemaluan lelaki di dalam duburnya. Kalsom mengalihkan tangannya ke belakang mencari alat sulit anak lelakinya. Batang keras berurat anak kandungnya di genggam dengan nafas penuh nafsu yang semakin bersarang di seluruh mindanya, Kalsom pun memandu kemaluan anaknya memasuki lorong gelap yang hina itu. Ali bernafas kencang sewaktu ibunya memasukkan kemaluannya ke dalam dubur indah di punggung tonggek yang di berahikannya. Kalsom melepaskan kemaluan anaknya setelah ianya menembusi lubang tidak mahu menunggu lebih lama. Melihatkan anaknya seakan masih teragak-agak memasuki punggungnya, lantas Kalsom melentikkan tubuhnya hingga punggungnya yang tonggek membuatkan batang keras anak kandungnya serta merta menikam lubang duburnya lebih dalam. Ali mendengus kuat di saat seludang mayangnya menerjah lubang najis ibunya semakin kenapa diam nak.. Teruskan nak. Ibu taka pa-apa pujuk Kalsom kepada maafkan Ali sebab buat ibu macam ni kata Ali apa nak teruskan masuk dalam bontot ibu dalam lagi Kalsom dengan tidak malu meminta Ali terus menjolok lubang duburnya lebih sungguh terangsang dengan permintaan ibu kandungnya yang sungguh menggoda itu. Terus sahaja dia menekan kemaluannya hingga habis tenggelam di dalam lubang dubur ibu kandungnya itu. Punggung tonggek Kalsom rapat di tubuh anaknya Ali. Kalsom sungguh terangsang sebaik lubang duburnya penuh dimasuki kemaluan anaknya masih tidak mahu melakukan apa-apa walau pun seluruh kemaluannya sudah pun memenuhi lubang duburnya, Kalsom pun menaikkan punggungnya turun naik membuatkan batang kemaluan anaknya keluar masuk lubang duburnya yang empuk keghairahan melihat tubuh ibunya yang sedang meniarap di bawahnya. Punggung montok ibunya yang lebar itu kelihatan bergegar di saat ibunya menujah kemaluannya. Jelas sekali ia menandakan punggung tonggek ibu kandungnya itu padat dengan lemak yang menyerlahkan ibu penat nak.. Ali teruskan ye sayang. Kalsom meminta Ali meneruskan menujah pun terus menghayun pinggangnya turun naik membuatkan kemaluan kekarnya yang panjang itu menujah lubang kenikmatan yang terhina di punggung ibunya. Keberahian dan perasaan yang sepenuhnya di rasuki nafsu membuatkan Ali semakin enak menyetubuhi ibu kandungnya melalui lubang najis yang sungguh memberikannya ternganga menikmati duburnya di liwat anak kandungnya. Perasaan rindu menikmati lubang duburnya dimasuki kemaluan lelaki akhirnya terubat jua. Nafas Kalsom kencang bersama keberahian akibat keseronokan menikmati kesedapan kemaluan anak kandungnya yang terbenam di belahan punggungnya. Merengek-rengek Kalsom di liwat anak kandungnya Ali rasa macam nak terpancutlah bu.. Ali menyuarakan perasaannya yang sedang sayangg jolok bontot ibu dalam-dalam Pancut dalam nakkk. Ohh Ali Kalsom yang juga semakin kerasukan nafsu meminta dengan penuh ibu. Maafkan Ali. Ali tak tahan lagi. Ali merintih menandakan masanya hampir sedar bahawa anaknya semakin tidak mampu bertahan lagi. Kemaluan anaknya juga dirasakan semakin keras dan menghimpit sempit laluan duburnya. Kalsom tahu, inilah masanya untuk dia kembali menikmati indahnya perasaan lubang najisnya disemburi hujanan mani. Dia ingin menikmati kehangatan air mani memenuhi lubang duburnya seperti benar-benar merindui hebatnya kenikmatan mengeluarkan kembali air mani dari lubang duburnya. Kalsom menaikkan punggungnya setinggi yang boleh. Dia mahu anaknya tergoda dengan pungungnya yang tonggek itu. Dia mahu anaknya terangsang dan melepaskan air maninya di dalam lubang dubur yang empuk dan enak memang yang dijangka. Ali semakin hilang arah. Hayunannya semakin lari temponya. Nafasnya semakin kuat memburu dan erangannya juga semakin kuat kedengaran. Dan Ibuuuuuu!!!!!! Ali merengek kuat sambil menekan kemaluannya hingga keseluruhannya terbenam di dalam dubur air benih lelakinya menyirami ruang gelap di dalam lubang dubur ibu kandungnya. Berkerut muka Ali menikmati persetubuhan terkutuk yang dilakukan di punggung ibunya yang menggoda ohhhh ohhhh Ali. Ohhh Pancut dalam bontot ibu nakkk lagi nakkkk. Kalsom merengek setelah dia merasai cairan hangat yang terpancut dari kemaluan anaknya semakin memenuhi lubang najisnya yang menonggek tubuh Kalsom menikmati benih anak kandungnya memenuhi lubang duburnya. Kalsom sungguh gembira disetubuhi anak kandungnya sendiri. Dia benar-benar menikmati punggung tonggeknya di liwat kemaluan darah ibu sedapnya bontot ibuu. Ahhhh. Ali merintih nikmat melepaskan sisa-sisa benih jantannya di dalam dubur ibu sayanggg Ibu pun suka sayanggg. rengek Kalsom melepaskan ibu. Kalau setiap hari macam ni boleh tak buu Ali menyuarakan keinginannya kepada ibu saja sayanggg. Asalkan Ali tak cerita kat sesiapa. jawab Kalsom kepada anak Ali suka bontot ibu Ali tak kan cerita kat sesiapa bu. Ali sayang ibu. Ali merengek meluahkan janji sayangg Ibu pun sayangg Ali. Kalau Ali nak cakap saja dengan ibu ye sayanggg Ibu akan bagi untuk Ali. Kalsom juga menyuarakan janjinya kepada Ali sambil mengemut kemaluan anaknya bagi memerah sisa-sisa air mani yang tertinggal di salur kencing berakhirnya episod persetubuhan mahram di ranjang itu, maka bermulalah episod baru dalam kehidupan mereka anak beranak. Kalsom bukan sahaja ibu kepada Ali, malah dengan relanya menjadi hamba kejebatan nafsu anak mudanya yang meluap-luap itu. Kalsom langsung tidak kisah dengan setiap permintaan kali Ali menginginkannya, Kalsom sentiasa bersedia memberikan tanpa banyak soal. Walau pun sewaktu sedang menoreh di kebun getahnya, Kalsom pasti memberikan kepuasan yang hakiki kepada anaknya untuk memenuhkan air mani di dalam duburnya. Malah Kalsom juga tidak keberatan untuk melakukan persetubuhan bersama anaknya tanpa seurat benang ketika sedang berehat di kebun getah dalam kegelapan pagi yang hari, perasaan hangat yang diselubungi antara dua beranak itu semakin kuat. Perasaan cinta semakin menebal dalam hidup mereka. Mereka bagaikan sepasang kekasih yang diijab kabulkan oleh nafsu. Hidup berlandaskan nafsu hingga boleh melakukan persetubuhan di mana sahaja bagaikan binatang. Segalanya kerana cinta dan nafsu yang tidak pernah padam.
AnisTeng! Jam dinding berdentang satu kali. Malam semakin larut, tapi Anis masih duduk di ruang tengah. Sejak tadi matanya sulit terpejam. Baru beberapa jam yang lalu Ibu Mas Iqbal, suaminya, menelepon, “Nis, Alhamdulillah, barusan ini keponakanmu bertambah lagi…” suara ibu terdengar sumringah di ujung sana.“Alhamdulillah… laki-laki atau perempuan, Bu?” Anis tergagap, kaget dan senang. Sudah seminggu ini keluarga besar Mas Iqbal memang sedang berdebar-debar menanti berita Dini, adik suaminya, yang akan melahirkan.“Laki-laki. Cakep lho, Nis, mirip Mas-mu waktu bayi” Ibu tertawa bahagia. Dini memang adik yang termirip wajahnya dengan Mas Iqbal.“Selamat ya, Bu, nambah cucu lagi. Salam buat Dini, Insya Allah besok pulang kerja, Anis dan Mas Iqbal akan jenguk ke rumah sakit.” janji Anis sebelum menutup pembicaraan dengan Ibu yang sedang menunggu Dini di rumah menutup telepon, Anis termenung sesaat. Ia jadi teringat usia pernikahannya yang telah memasuki tahun ke lima, tapi belum juga ada tangis si kecil menghiasi rumah mereka. Meskipun demikian ia tetap ikut merasa sangat bahagia mendengar berita kelahiran anak kedua Dini di usia pernikahan mereka yang baru tiga tahun.“Kok melamun?!” Mas Iqbal yang baru keluar dari kamar mandi mengagetkannya. Ia memang pulang agak malam hari ini, ada rapat di kantor katanya. Air hangat untuk mandinya sempat Anis panaskan dua kali tadi.“Mas, ibu tadi mengabari, Dini sudah melahirkan. Bayinya laki-laki,” cerita Anis.“Alhamdulillah… Dila sudah punya adik sekarang,” senyum Mas Iqbal sambil mengeringkan rambutnya, tapi entah mengapa Anis menangkap ada sedikit nada getir dalam suaranya. Anis menepis perasaannya sambil segera menata meja menyiapkan makan Isya’an bersama, Mas Iqbal segera terlelap, seharian ini ia memang lelah sekali. Anis juga sebenarnya agak lelah hari ini. Ia memang beruntung, selepas kuliah dan merasa tidak nyaman bekerja di kantor, Anis memutuskan untuk membuat usaha sendiri temannya yang seorang notaris, akhirnya Anis mendirikan perusahaan kecil-kecilan yang bergerak di bidang design interior. Anis memang berlatar pendidikan bidang tersebut, ditambah lagi ia punya bakat seni untuk merancang sesuatu menjadi indah dan menarik. Bakat yang selalu tak lupa seiring dengan kemajuan dan kepercayaan yang mereka peroleh, perusahaannya sedikit demi sedikit mulai dikenal dan dipercaya masyarakat. Tapi Anis merasa itu tidak terlalu melelahkannya, semua dilakukan semampunya saja, sama sekali tidak memaksakan diri, malah menyalurkan hobi dan bakatnya merancang dan mendesign sesuatu sekaligus mengisi waktu sebabnya sesekali saja Anis agak sibuk mengatur ketika ada pesanan mendesign yang datang, selebihnya teman-teman yang mengerjakan. Waktu Anis terbanyak tetap buat keluarga, mengurus rumah atau masak buat Mas Iqbal meski ada Siti yang membantunya di rumah, menurutnya itu tetap pekerjaan nomor tahun pernikahan adalah bukan waktu yang sebentar. Awalnya Anis biasa saja ketika enam bulan pertama ia tak kunjung hamil juga, ia malah merasa punya waktu lebih banyak untuk suaminya dan merintis kariernya. Seiring dengan berjalannya waktu dan tak hentinya orang bertanya, dari mulai keluarga sampai teman-temannya, tentang kapan mereka menimang bayi, atau kenapa belum hamil juga, Anis mulai saran dari banyak orang, Anis mencoba konsultasi ke dokter kandungan. Seorang dokter wanita dipilihnya. Risih juga ketika menunggu giliran di ruang tunggu klinik, pasien di sekitarnya datang dengan perut membuncit dan obrolan ringan seputar kehamilan mereka. Atau ketika salah seorang diantara mereka bertanya sudah berapa bulan kehamilannya.“Saya tidak sedang hamil, hanya ingin konsultasi saja” senyum Anis sabar meski dadanya berdebar, sementara Mas Iqbal semakin pura-pura asyik dengan korannya. Anis bernafas lega ketika dokter menyatakan ia sehat-sehat saja. Hindari stress dan lelah, hanya itu berlalu. Di tengah kebahagiaan rumah tangganya, ada cemas yang kian mengganggu Anis. Kerinduan menimang bayi semakin menghantuinya. Sering Anis gemas melihat tingkah polah anak-anak kecil disekitarnya, dan semakin bertanya-tanya apa yang terjadi dengan dirinya. Setelah itu mulailah usaha Anis dan suaminya lebih gencar dan serius mengupayakan Anis menangis ketika semakin gencar pertanyaan ditujukan padanya atau karena cemas yang kerap mengusik tidurnya. Mas Iqbal selalu sabar menghiburnya, “Anis, apa yang harus disedihkan? Dengan atau tanpa anak, rumah tangga kita akan berjalan seperti biasa. Aku sudah sangat bahagia dengan apa yang ada memang tahu kapan Anis sedang mendalam sedihnya dan harus dihibur agar tidak semakin larut dalam kesedihan. Di saat-saat seperti itu memang cuma suaminya yang paling bisa menghiburnya, tentu saja disamping do’a dan berserah dirinya pada Tuhan. Kadang Anis heran kenapa Mas Iqbal bisa begitu sabar dan tenang, seolah-olah tidak ada apapun yang Anis juga bukan selalu berada dalam kondisi sedih seperti itu. Sesekali saja ia agak terhanyut oleh perasaannya, biasanya karena ada faktor penyulutnya, yang mengingatkan ia akan mimpinya yang belum terwujud itu. Selebihnya Anis bahagia saja, bahkan banyak aktivitas atau prestasi yang juga tidak pernah menyalahkan teman-temannya kalau ketika sesekali bertemu obrolan banyak diisi tentang anak dan seputarnya. Buatnya itu hal biasa, usia mereka memang usia produktif. Jadi wajar saja kalau pembicaraan biasanya seputar pernikahan, kehamilan, atau perkembangan anak-anak mereka yang memang semakin lucu dan menakjubkan, atau cerita lain seputar kadang-kadang, sesekali ketika Anis sedang sedih, rasanya ia tidak mau mendengar itu dulu. Anis senang juga jika ada yang berusaha menjaga perasaannya diwaktu-waktu tertentu, dengan tidak terlalu banyak bercerita tentang hal tersebut, bertanya, atau malah menyemangati dengan do’a dan dukungan agar sabar dan yakin akan datangnya si kecil menyemarakkan rumah tersadar dari lamunannya. Diminumnya segelas air dingin dari lemari es. Sejuk sekali. Meskipun malam tapi udara terasa pengap. Anis meneruskan tidurnya. Dalam lelap ia bermimpi bermain bersama beberapa gadis kecil. Senang sekali.***Siang keesokan harinya, Anis sedang merancang sebuah ruang pameran di kantornya. Ada festival Islam yang akan digelar, mungkin karena tidak banyak designer interior berjilbab rapi seperti Anis, ia dipercaya merancangnya. Ketika sedang mencorat-coret gambar, Fitri mengejutkannya, “Mbak Anis, ada tamu yang mau bertemu.“Dari mana, Fit?” tanya Anis.“Katanya dari Yayasan Amanah, mbak, tanya soal aplikasi mbak Anis bulan kemarin.”“Oh itu. Iya deh, saya ke depan sepuluh menit lagi.” jawab berbincang-bincang dengan tamunya, akhirnya Anis menyepakati mengangkat salah satu anak yatim yang diasuh yayasan tersebut sebagai putra asuhnya. Namanya Safiq. Anis memang selalu menyisihkan rezekinya untuk mereka yang membutuhkan. Dan kali ini, ia berniat untuk menyantuni dan mengasuh Safiq seperti anaknya sendiri, itupun setelah dimusyawarahkan dengan mulai saat itu, Safiq yang berusia 12 tahun, tinggal bersama Anis dan anak, membawa banyak hikmah bagi Anis. Ia jadi semakin teliti dan perhatian. Apapun kebutuhan Safiq berusaha ia penuhi. Mulai dari baju hingga mainan, juga kebutuhan sekolah bocah itu yang tahun depan mau masuk SMP. Anis juga mencurahkan seluruh kasih sayangnya pada Safiq, hingga mas Iqbal yang merasa tersisih, sempat melayangkan protes sambil bercanda, Hmm, gimana kalau punya anak beneran ya, bisa-bisa aku nggak boleh tidur di cuma tertawa menanggapinya. Ah, mas bisa aja. dia mencubit pinggang laki-laki itu. Dan selanjutnya merekapun bergumul di ranjang untuk memuaskan satu sama lain, sambil berharap persetubuhan kali ini akan membuahkan paginya, seperti biasa, Anis menyiapkan sarapan bagi Safiq. Tidak terasa, sudah hampir tiga bulan bocah itu tinggal bersamanya. Dan Anis merasa senang sekaligus bersyukur, karena pilihannya ternyata tidak salah, Safiq sangat pintar dan baik. Anak itu tidak nakal, sangat menurut meski agak sedikit Fiq? tanya Anis menanyakan sebabnya saat mereka sarapan bersama. Saat itu mas Iqbal sudah berangkat ke kantor, sedangkan Safiq masuk itu terdiam, hanya jari-jari tangannya yang bergerak memainkan bulatan bakso di atas nasi apa-apa, ngomong saja sama Umi. kata Anis. Dia memang menyuruh Safiq untuk memanggilnya dengan panggilan Umi sedangkan untuk mas Iqbal nggak, Mi. Safiq masih tampak menatapnya. Di usianya yang baru beranjak remaja, bocah itu terlihat tampan. Kalau besar nanti, pasti banyak gadis yang akan terpikat kepadanya. Umi nggak akan marah. kata Anis lagi, penuh dengan menggeleng, dia menundukkan kepalanya semakin Anis pun mendekatinya. Tidak apa-apa kalau kamu nggak mau bilang, umi nggak akan maksa. Dipeluknya bocah kecil itu, diletakkannya kepala Safiq di atas gundukan buah dadanya. Ia biarkan Safiq menangis di kalau Umi sudah membuatmu takut. ucap Anis penuh nada penyesalan, ia memang tidak berharap perbincangan ini akan berakhir seperti mereka berpelukan, hingga Anis merasa tangis Safiq perlahan mereda dan akhirnya benar-benar berhenti. Ia sudah akan melonggarkan dekapannya saat merasakan sesuatu yang lembut mengendus dan menyundul-nyundul pelan buah dadanya. Ah, Safiq! Apa yang kamu lakukan? Anis memang cuma mengenakan daster longgar saat itu, hanya saat keluar rumah atau ada tamu pria, ia mengenakan Anis melirik ke bawah, dilihatnya si bocah yang kini berusaha mencium dan menyusu ke arah buah dadanya. Safiq! Anis menegur, tapi dengan suara dibuat selembut mungkin, takut membuat bocah itu kembali mengkerut. Padahal dalam hati, Anis benar-benar mengutuk aksinya yang sudah kurang mendongakkan kepala, M-maaf, Mi. suaranya parau, sementara tubuhnya gemetar tega, Anis segera memeluknya kembali. Tidak apa-apa, tapi jangan diulang lagi ya. Itu tidak boleh. ia membelai rambut Safiq penuh rasa mengangguk. Maaf, Mi. Safiq cuman pengen tahu gimana rasanya terkejut, Emang kamu belum pernah? tanyanya tak kan yatim piatu dari kecil, Mi. Jangankan nenen, siapa ibu Safiq aja nggak ada yang tahu. Safiq ditinggal di depan pintu yayasan. jawab bocah itu dengan meneteskan air mata mendengarnya, ia mendekap dan mengelus kepala Safiq lebih erat lagi. Setelah terdiam cukup lama, Anis akhirnya membuka suara, Bener kamu pengen nenen? tanyanya dengan suara berat. Keputusan sudah ia ambil, meski itu awalnya begitu menganggukkan ya, cuma nenen? tanya Anis sambil memandang Mi. angguk Safiq jangan ceritakan ini sama orang lain, termasuk pada Abi. Karena anak sebesar kamu sudah tidak seharusnya nenen pada Umi, ini tidak boleh. Tapi karena kasihan, Umi terpaksa mengabulkannya. terang Anis, terbersit nada getir dalam Mi. Safiq janji. kata bocah kecil dengan perlahan Anis pun menurunkan dasternya hingga buah dadanya yang besar terlihat jelas. Meski masih tertutup BH, benda itu tampak begitu indah. Ukurannya yang di atas rata-rata membuatnya jadi tampak sesak. Anis segera membuka cup BH-nya, tanpa ada yang menyangga, bulatan kembar itupun terlontar dengan kerasnya hingga sanggup membuat mata bulat Safiq makin melotot Safiq memanggil, tapi pandangannya sepenuhnya tertuju pada area dada sang ibu angkat yang kini sudah terbuka lebar, siap untuk ia katanya mau nenen? kata Anis sambil menarik salah satu bulatan payudaranya ke depan, memberikan putingnya yang merona merah pada ada benda mulus menggiurkan yang mendekat ke arah mulutnya, Safiq pun membuka bibir, dan mencaplok puting Anis dengan perlahan, Ahm… lenguh mereka berdua hampir bersamaan. Anis kegelian karena ada lidah basah yang melingkupi ujung payudaranya, sedangkan Safiq merasa nikmat mendapat benda yang selama ini ia jangan keras-keras, Fiq. Sakit! desis Anis di sela-sela jilatan sang anak angkat. Ia mulai merasa merinding, jilatan Safiq mengingatkannya pada mas Iqbal, yang biasa melakukannya sebelum mereka tidur. Meski aksi Safiq terasa agak sedikit kaku, tapi sensasi dan rasanya tetaplah itu, Safiq dengan tak sabar dan penasaran terus menyusu. Mulutnya dengan liar bermain di gundukan payudara Anis. Tidak cuma yang kiri, yang kanan juga ia perlakukan sama. Kadang Safiq malah membenamkan wajahnya di belahan payudara Anis yang curam, dan membiarkan mukanya dikempit oleh bulatan kenyal itu, sambil tangannya mulai meremas-remas Fiq. rintih Anis mulai tak sadar. Ia menekan kepala bocah itu, berharap Safiq mempermainkan payudaranya lebih keras yang gelagapan berusaha mencari udara, digigitnya salah satu puting Anis hingga umi-nya itu menjerit Fiq! Apaan sih, sakit tahu! Anis mendelik marah, tapi melihat muka Safiq yang memerah dan nafasnya yang ngos-ngosan, iapun akhirnya mengerti. Eh, maaf. Umi nggak apa-apa, Mi. Safiq tersenyum, kedua tangannya masih hinggap di dada Anis dan terus meremas-remas ringan kamu suka? tanya Anis sambil membelai kepala Safiq penuh rasa bocah mengangguk, Iya, lagi? tanya mengangguk, senyumnya terlihat semakin begitu, ayo sini. Anis pun menarik kepala bocah itu dan ditaruhnya kembali ke atas gundukan sampai siang, Safiq terus menyusu di bongkahan payudara Anis, sang ibu angkat yang masih berusia muda, tidak lebih dari 30 tahun. Dengan payudara yang masih mulus sempurna, Safiq benar-benar dimanjakan. Ia menjadi bocah yang paling beruntung di dunia. Sementara Anis juga merasa senang karena kini ia menjadi semakin intim dan akrab dengan sang putra angkat yang sangat ia sayangi.***Rutinitas itu terus berlangsung. Kapanpun dan dimanapun Safiq ingin, asal tidak ada orang -terutama mas Iqbal- Anis dengan senang hati menyusuinya. Dan seperti yang sudah dijanjikan, Safiq memang tidak pernah meminta lebih. Bocah itu cuma meremas dan menghisap, tidak macam-macam. Ditambah lagi, sama sekali tidak ada nafsu ataupun birahi dalam setiap jilatannya, Safiq benar-benar murni melakukannya karena pengen semua itu berubah saat Safiq naik ke jenjang SMP…Umur yang bertambah membuat pikiran bocah itu semakin berkembang. Dari yang semula cuma nenen biasa, kini berubah menjadi jilatan mesra yang sangat lembut namun sangat menggairahkan. Remasan bocah itu juga semakin bervariasi; kadang keras, kadang juga lembut. Kalau menghisap puting yang kiri, Safiq memijit dan memilin-milin yang kanan, begitu pula bukannya tidak mengetahui hal itu. Ia sudah bisa menebaknya saat melihat penis Safiq yang sedikit ereksi saat mereka sedang melakukan ritual itu. Tapi Anis pura-pura tidak tahu dan mendiamkannya saja. Toh Safiq juga tidak berbuat macam-macam, anak itu tetap sopan. Malah Anis yang panas dingin, itu karena ukuran penis Safiq yang saat ini sudah melebihi punya mas Iqbal, padahal usia bocah itu masih sangat saat membangunkan Safiq untuk sholat subuh, Anis disuguhi pemandangan baru lagi. Saat itu Safiq masih tertidur lelap, tapi tidak demikian dengan penisnya. Benda itu sedang berdiri dan menjulang begitu tegarnya. Sempat Anis terpana dan terpesona untuk beberapa saat, tapi setelah bisa menguasai diri, ia segera membangunkan sang putra, Fiq, ayo sholat cuma menggeliat lalu meneruskan tidurnya. Anis jadi tergoda. Apalagi sekarang di depannya, penis Safiq jadi kelihatan lebih menantang. Ukurannya yang begitu besar membuat Anis tercengang, dengan warna coklat kehitaman dan kepala’ yang masih kelihatan imut Safiq baru bulan kemarin disunat, benda itu jadi terasa seperti magnet bagi hati berdebar dan penuh perhitungan, takut dipergoki oleh sang suami -juga takut bila Safiq tiba-tiba bangun- Anis mulai mengocok benda panjang itu perlahan-lahan. Saat diperhatikannya Safiq tetap tertidur, malah bocah itu seperti menikmatinya -terlihat dari desah nafasnya yang semakin memburu dan tarikan lirih karena terangsang- Anis pun mempercepat sangat bersalah, dengan tergopoh-gopoh Anis segera membersihkannya. Saat itulah, Safiq tiba-tiba terbangun. Eh, umi… gumamnya tanpa tahu apa yang mengelap sisa sperma Safiq ke ujung dasternya, Ayo sholat dulu, sayang. katanya dengan nada suara dibuat senormal mungkin, padahal dalam hati ia sangat memperhatikan cairan putih kental yang berceceran di perutnya. Untuk yang ini, Anis tidak sempat membersihkannya. Ini apa, Mi? Safiq mengambil cairan itu dan mempermainkan di ujung jarinya, lalu mengendusnya ke hidung. Ih, baunya aneh. bocah itu tersenyum, Tidak apa-apa, itu tandanya kamu sudah mulai memandang umi-nya, Dewasa? Safiq nggak ngerti. Maksud Umi apaan? Umi jelaskan, sekarang mandi dulu ya. Anis membimbing putra kesayangannya turun dari menggeleng, Nggak mau ah, Mi. Dingin!Eh, harus. Kalau nggak, nanti badanmu kotor terus. Ini namanya mandi besar. terang besar? tanya Safiq, lagi-lagi tidak iya. Kamu kan belum pernah melakukannya. Ya udah, ayo Umi ajarin. Anis mengajak Safiq untuk beranjak ke kamar ruang tengah, dilihatnya mas Iqbal kembali tidur setelah menunaikan sholat subuh. Sudah kebiasaan laki-laki itu, malam melek untuk sholat tahajud, habis subuh tidur lagi sampai waktu sarapan tiba. Dengan bebas Anis membimbing Safiq masuk ke kamar bajumu, katanya dengan patuh melakukannya. Ia tidak risih melakukannya karena sudah biasa telanjang di depan ibu angkatnya. Tak berkedip Anis memperhatikan penis Safiq yang kini sudah mengkerut dan kembali ke ukuran baca Bismillah, lalu niat untuk menghilangkan hadast besar. kata Safiq baru dapat hadast besar ya? tanya Safiq pada ibu angkatnya yang cantik dengan sabar menjawab, Iya, kamu tadi mimpi enak kan? mengangguk, Iya sih, tapi Safiq sudah lupa ngimpiin masalah, itu namanya kamu mimpi basah. Itu tanda kedewasaan seorang laki-laki. Dan sehabis dapat mimpi itu, kamu harus mandi besar biar badanmu suci lagi. sahut mengangguk mengerti. Terus, selanjutnya apaan, Mi?Selanjutnya… basuh kemaluanmu seperti ini, Anis meraih penis Safiq dan mengguyurnya dengan air. Ajaib, bukannya mengkeret karena terkena air dingin, benda itu malah mendongak kaku dan perlahan kaku dan menegang karena usapan tangan enak… Safiq jadi serba salah, cepat ia menarik tangannya. Eh,Tapi Safiq dengan kuat menahan, Lagi, Mi… enak, pandangan mata yang sayu dan memelas itu, Anis jadi tidak tega untuk menolak. Tapi sebelumnya, ia harus memastikan segalanya aman dulu. Dikuncinya pintu kamar mandi, lalu ia berbisik pada sang putra. Jangan berisik, nanti Abimu bangun. sambil tangan kanannya mulai mengocok pelan batang penis mengangguk. Yang kurang ajar, untuk meredam teriakannya, ia meminta nen pada Anis. Plis, Mi. Safiq nafas -karena merasa dipecundangi- Anis pun memberikan bongkahan payudaranya. Jadilah, di kamar mandi yang sempit itu, ibu serta anak yang seharusnya saling menghormati itu, melakukan hal buruk yang sangat dilarang agama. Safiq menggelayut di tubuh montok ibu angkatnya, sambil mulutnya menyusup ke bulatan payudara dan kental sekali cairan itu, meski tidak seputih yang pertama, tapi pemandangan itu sudah cukup membuat Anis jadi horny. Wanita itu merasakan celana dalamnya jadi basah. Tapi tentu saja ia tidak mungkin menunjukkannya pada Safiq, bocah itu tidak akan mengerti. Jadi cepat-cepat ia bersihkan semuanya, takut mas Iqbal yang sedang tertidur di ruang tengah tiba-tiba bangun dan memergoki ulah Safiq menarik nafas panjang sambil mendesah puas, Terima kasih, Mi. Nikmat banget. Badan Safiq jadi mengangguk mengiyakan. Sudah, sekarang mandi sana. Ulangi semuanya dari tersenyum, dan dengan bimbingan dari ibu angkatnya yang cantik, iapun melakukan mandi wajib saat itu, level permainan mereka jadi sedikit meningkat. Anis tidak cuma memberikan payudaranya, tapi kini juga harus memuaskan Safiq dengan tangannya. Dan si bocah, tampak senang-senang saja menerimanya. Siapa juga yang bakal menolak kenikmatan seperti itu. Dan sampai saat ini, Anis masih belum juga hamil, padahal ia dan mas Iqbal tidak pernah lelah dibuktikan Safiq saat mereka berbincang berdua sambil menunggu mas Iqbal yang bekerja lembur. Berdua mereka duduk di sofa ruang tengah, di depan televisi. Mereka mengobrol banyak, mulai dari sekolah Safiq hingga saat-saat intim mereka berdua yang menjadi semakin sering. Kamu nggak bosen nenen sama Umi?Dengan mulut penuh payudara, Safiq berusaha untuk menjawab, Ehm… enggak, Mi. Susu umi enak banget!Saat aku kocok gini, enak juga nggak? tanya Anis yang tangannya mulai menerobos ke dalam lipatan sarung melenguh pelan saat merasakan jari-jari Anis melingkupi batang kemaluannya dan mulai mengocok pelan benda coklat panjang itu. Hmm, enak, Mi. sahutnya tersenyum, dan melanjutkan aksinya. Terus ia permainkan batang penis sang putra angkat hingga Safiq melenguh kencang tak lama kemudian. Badan kurusnya kejang saat spermanya berhamburan mengotori sarung dan tangan Anis. Mereka terdiam untuk beberapa saat. Anis memperhatikan tangannya yang belepotan sperma, dan selanjutnya mengelapkan ke sarung kasih, Mi. gumam Safiq di sela-sela pelukan mengecup pipinya lalu membimbing anak itu untuk pindah ke kamar, sekarang sudah waktunya untuk tidur. Tapi Safiq tidak langsung beranjak, ia tetap duduk di sofa, sementara Anis sudah berdiri di hadapannya. Safiq menengadah memandangnya dengan tatapan sayu. Dengan nada bergetar, bocah itu berucap, Safiq sayang Umi, sambil mulutnya mendekat untuk mencium kemaluan jadi bingung, mau menolak, tapi takut membuat Safiq kaget dan malu. Dibiarkan, ia tahu apa yang diinginkan bocah kecil itu. Belum sempat menjawab, tangan Safiq sudah menyusup ke balik dasternya untuk mengusap paha Anis dari luar. Dan terus makin ke atas hingga menemukan CD yang membungkus pantat tebakannya itu ternyata salah. Memang Safiq cuma mencium pelan, hanya bagian luar yang dijamah oleh bocah kecil itu. Tapi itu cuma awal-awal saja, karena selanjutnya, saat melihat tidak ada penolakan dari diri Anis, iapun melakukan yang sebenarnya, Safiq mengangkat salah satu kaki Anis ke sandaran sofa hingga kini selangkangan sang ibu angkat terbuka jelas di depan Anis melenguh, tubuh sintalnya mulai bergetar. Ia yang awalnya ingin menolak, kini malah terdiam mematung. Anis pasrah saja saat bibir kemaluannya mulai disentuh oleh Safiq, dari mulai jilatan yang sopan hingga semakin lama menjadi semakin gencar. Akhirnya Anis malah merapatkan kemaluannya ke bibir Safiq dan tanpa sadar mulai menggoyangkan Anis merasakan lidah Safiq semakin kuat menari dan menjelajahi seluruh lekuk kemaluannya. Ia merasakan cairan kewanitaannya semakin deras mengalir seiring dengan rangsangan Safiq yang semakin kuat. Entah darimana bocah itu belajar, tapi yang jelas, jilatan dan hisapannya sungguh terasa yang tidak mengetahui kalau Anis akan mencapai puncak, terus menghisap kuat-kuat disana. “Uuhh…” didengarnya sang ibu angkat melenguh sambil menghentak-hentakkan pinggulnya. Dari dalam lubang surga yang tengah ia nikmati, mengalir deras cairan bening yang terasa agak sedikit kecut. Baunya pesing, seperti bau air Safiq menarik kepalanya, tapi tak urung, tetap saja beberapa tetes air mani itu membasahi mukanya. Diperhatikannya Anis yang saat itu masih merapatkan kaki dengan tubuh mengejang-ngejang pelan. Selanjutnya, tanpa suara, istri Iqbal itu jatuh lunglai ke atas sofa, menindih badan kurus Safiq ke dalam terdiam untuk beberapa saat. Anis berusaha untuk mengatur nafasnya, sementara Safiq dengan polos melingkarkan tangan untuk mengusap-usap bokong bulat Anis yang masih terbuka kamu b-belajar seperti i-itu, Fiq? tanya Anis saat gemuruh di dadanya sedikit mulai memandangnya, Dari Umi, jawabnya ngawur kamu, Umi nggak pernah ngajarin yang seperti itu. sergah Anis sedikit nggak pernah, tapi Umi pernah memintanya. sahut Maksud kamuSafiq pun berterus terang. Kemarin ia memergoki kedua orang tua angkatnya bercinta di ruang tengah, di sofa dimana mereka tengah berpelukan sekarang. Saat itu Anis meminta agar mas Iqbal mengoral kemaluannya, tapi laki-laki itu menolak dengan alasan jijik dan dilarang oleh ajaran agama. Anis memang kelihatan kecewa, tapi bisa sudah salah paham, Fiq, di luar dugaan, bukannya senang, Anis malah terlihat Mi? tanya Safiq menjilat, kamu pasti akan melakukan hal lain, seperti yang kamu tonton kemarin malam. Benar kan? tuduh terdiam, tidak tahu harus menjawab apa. Memang sempat terbersit di hati kecilnya untuk melakukan apa yang sudah diperbuat kedua orang tua angkatnya. Sepertinya nikmat sekali. Sebagai seorang remaja yang baru tumbuh, ia jadi penasaran, dan ingin merasakannya juga. Safiq sama sekali tidak mengetahui kalau itu sangat-sangat dilarang dan tidak ini salah Umi juga. keluh Anis, pelan ia menarik tubuhnya dan duduk di sisi Safiq. Tangan Safiq yang terulur untuk memegangi bongkahan payudaranya, ditepisnya dengan halus. Safiq jadi terdiam dan menarik diri. Anis merapikan bajunya Mi. lirih Safiq dengan muka menunduk, sadar kalau sudah melakukan kesalahan apa-apa. Tapi mulai sekarang, jangan nenen sama Umi lagi, kamu sudah besar. putus Anis sambil bangkit dan beranjak menuju kamar, meninggalkan Safiq sendirian di ruang tengah menyesali kebodohannya.***Esoknya, Anis menyiapkan sarapan dalam diam. Dia yang biasanya ramah dan ceria, hari ini terlihat seperti menanggung beban berat. Mas Iqbal bukannya tidak mengetahui hal itu, tapi dia mengira Anis cuma lagi PMS saja. Tapi setelah ditunggu berhari-hari, dan sang istri tercinta tetap cemberut saja, bahkan cenderung keras hati, iapun mulai apa, Nis? Kuperhatikan, kamu berubah akhir-akhir ini. Ceritakanlah, siapa tahu aku bisa menggeleng, Ah, nggak, Mas. Tidak ada apa-apa, aku cuma lagi capek bekerja terlalu keras. Ingat, kita kan lagi program hamil. Mas Iqbal berusaha untuk tersenyum, Iya, Mas. Dan saat sang suami merangkul lalu mengecup bibirnya untuk diajak menunaikan sunnah rasul, iapun berusaha melayani dengan sepenuh hati. Siapa tahu, dengan begitu ganjalan di relung hatinya bisa cepat harapan tetap tinggal harapan. Bukannya hilang, hatinya malah semakin resah. Apalagi saat melihat Safiq yang mulai menjauhinya. Bukan salah bocah itu juga, Anis juga jarang mengajaknya bicara berdua seperti dulu. Sejak peristiwa di ruang tengah itu, mereka jadi seperti dua orang asing, hanya saat benar-benar perlulah mereka baru bertegur sisi lain, Anis juga seperti kehilangan sesuatu. Penis Safiq yang besar dan panjang terus menghantui pikirannya, juga jilatan dan hisapan bocah itu di atas gundukan payudaranya, dan yang terutama, kuluman Safiq di lubang vaginanya yang sanggup mengantar Anis meraih orgasmenya. Semua itu ia rindukan, meski dalam hati terus berusaha ia mulai meneteskan air mata. Pikirannya kacau, campur aduk antara ingin menolak dan minta ditiduri oleh Safiq. Ada rasa ingin merasakan, tapi juga ada rasa takut akan dosa. Tapi adzan subuh yang berkumandang lekas menyadarkannya, cepat ia menghapus air mata dan mengambil air wudhu. Ia harus benarkah seperti itu?Semuanya berubah saat Anis menerima surat panggilan dari sekolah keesokan harinya. Safiq memberikannya dengan takut-takut, M-maaf, Mi. gagap bocah kecil menjawab, Anis menerimanya dan membacanya di kamar. Siangnya, bersama Safiq, ia pergi ke turun, Bu. Sangat jelek sekali. kata ibu kepala sekolah yang gemuk berusaha untuk tersenyum dan meminta ada masalah di rumah? tanya ibu kepala sekolah. Dulu Safiq itu sangat pintar, salah satu yang terpandai di kelas. Tapi sepertinya sekarang lagi mengalami penurunan sepertinya tidak ada. jawab Anis berbohong, padahal dia sangat tahu sekali apa yang dipikirkan anak angkatnya saya harap ibu membantu kami untuk mengembalikan semangat belajarnya. Kalau begini terus, ia bisa tidak naik kelas. pesan ibu kepala sekolah sebelum mengakhiri pertemuan pun mengucapkan terima kasih dan memohon diri. Dilihatnya Safiq yang meringkuk ketakutan di sampingnya. Dipeluknya bocah kecil itu dan berbisik, Umi tunggu di rumah, belajar yang rajin ya…Safiq mengangguk. Mereka pun berpisah, Anis kembali ke rumah, sementara Safiq meneruskan saat pulang dari sekolah, Safiq mendapati ibunya menyambut di ruang tamu. Wanita itu memeluknya dengan erat. Maafkan Umi, Fiq. Gara-gara Umi, kamu jadi begini. kata Anis lirih sambil berlinang air sempat Safiq berkata, Anis sudah menunduk dan melumat bibirnya dengan lembut. Dicium untuk pertama kali, tentu saja membuat Safiq jadi gelagapan, tapi ia cepat belajar. Saat bibir Anis terus mendecap dan menempel di bibirnya, iapun mengimbangi dengan ganti melahap dan menghisapnya rakus. Dinikmatinya lidah sang bunda yang kini mulai menjelajah di Mi, Safiq melenguh, sama sekali tak menyangka kalau akan diberi kejutan menyenangkan seperti Anis kembali membungkam bibirnya. Diam, Sayang. Umi ingin menebus kesalahan kepadamu. Pelan Anis menarik tangan Safiq dan ditempelkan ke arah gundukan payudaranya. Kamu kangen ini kan? tanyanya sambil tersenyum polos Safiq mengangguk dan mulai meremas-remas pelan. Jari-jarinya memijit untuk merasakan tekstur bulatan yang sangat menggairahkan itu. Seperti biasa, ia tidak bisa mencakup seluruhnya, payudara itu terlalu besar. Safiq bisa merasakan kalau Anis tidak memakai BH, tubuh sintalnya cuma dibalut daster hijau muda yang sangat tipis sehingga ia bisa menemukan putingnya dengan sambil memanggil nama sang bunda, Safiq meneruskan jelajahannya. Ia tarik tali daster Anis ke bawah hingga baju itu turun ke pinggang, menampakkan buah dada sang bunda yang sungguh besar dan menggiurkan. Safiq memandanginya sebentar sebelum lehernya maju untuk mulai mencucup dan menjilatinya, sambil tangannya terus meremas-remas merebahkan diri di sofa, dibiarkannya Safiq menindih tubuhnya dari atas. Bibir bocah itu terus menelusur di sepanjang bukit payudaranya, mulai dari pangkal hingga ujungnya, semuanya dihisap tanpa ada yang terlewat. Beberapa kali Safiq membuat cupangan-cupangan yang membikin Anis merintih merintih keenakan, Anis membimbing salah satu tangan Safiq untuk turun menjamah kemaluannya yang sudah sangat basah. Ia sudah menanti hal ini dari tadi. Sepulang sekolah, Anis berpikir dan merenung, Safiq jadi malas belajar karena perseteruan mereka tempo hari. Maka, untuk meningkatkan kembali semangat bocah kecil itu, inilah yang bisa ia dikira mudah melakukannya. Anis sudah menimbang dengan matang, memikirkan segala resikonya, dan tampaknya memang inilah jalan yang terbaik. Selain bagi Safiq, juga bagi dirinya sendiri. Karena tak bisa dipungkiri, Anis menginginkannya juga, hari-harinya juga berat akhir-akhir ini. Pesona kemaluan Safiq yang besar dan panjang terus mengganggu tidur semua rasa tubuh Anis begitu Safiq mulai memainkan jari di lubang vaginanya. bocah itu menggesek-gesek kelentitnya pelan sebelum akhirnya menusukkan jari ke dalam lubangnya yang sempit dan gelap. Ough, Anis merintih nikmat. Di atas, bibir Safiq terus bergantian menjilati puting kiri dan kanannya sambil sesekali menghisap dan menggigitnya mendorong kepala bocah kecil itu, meminta Safiq untuk beranjak ke bawah. Safiq yang mengerti apa keinginan sang bunda, segera menurunkan ciumannya. Ia jilati sebentar perut Anis yang masih langsing dan kencang sebelum mulutnya parkir di kewanitaan perempuan yang sudah membiayai hidupnya Fiq! Anis meminta sambil membuka kakinya lebar-lebar, memamerkan kemaluannya yang sudah becek memerah pada bocah menelan ludah, memandangi sebentar lubang indah yang terakhir kali dilihatnya sebulan yang lalu itu. Perlahan mulutnya turun saat Anis menarik kepalanya. Safiq menjulurkan lidah dan mulai menciuminya. Ia lumat bibir tipis yang tumbuh berlipat-lipat di tengah permukaannya. Bulu kemaluan Anis yang tercukur rapi juga diciuminya dengan senang Safiq bergerak liar, juga cepat dan sangat dalam. Namun yang membuat Anis tak tahan adalah saat lidah bocah itu masuk diantara kedua bibir kemaluannya sambil menghisap kuat-kuat kelentitnya. Lama tidak bertemu, rupanya Safiq jadi tambah lihai sekarang. Diam-diam Anis bersyukur dalam hati, rupanya ia tidak salah membuat terus memainkan kemaluan Anis. Mulutnya menghisap begitu rakus dan kencang, hingga dalam beberapa menit, membuat sang bunda jadi benar-benar tak tahan. Auw… arghh! Mengejang keenakan, Anis pun berteriak sekuat tenaga sambil mengangkat pantatnya tinggi-tinggi. Kelentitnya yang sedang dijepit oleh Safiq, berkedut kencang saat cairannya menyembur deras membasahi lantai ruang hah, terengah-engah, Anis meremas pelan rambut Safiq yang duduk berjongkok di Mi? tanya bocah kecil itu dengan polos, matanya menatap sang bunda sebelum beralih memandangi selangkangan Anis yang masih mengucurkan sisa-sisa cairan mengangguk, Nikmat banget, Sayang. bisiknya sambil berusaha untuk kemana, Mi? tanya Safiq cepat, takut tidak mendapatkan pindah ke kamar, disini terlalu berbahaya, nanti dipergoki sama tetangga. sahut Anis. Ditariknya tangan sang putra untuk masuk ke dalam rumah. Beriringan mereka menuju kata Anis saat melihat Safiq ingin berbelok ke kiri. Safiq segera memutar langkahnya, kamar mereka memang dalam, tanpa menunggu lama, Safiq segera menelanjangi diri. Begitu juga dengan Anis. Dengan tubuh sama-sama telanjang, mereka naik ke atas tempat tidur. Kamu pengen nenen? tanya Anis sambil mendekap kepala Safiq dan lekas ditaruhnya ke atas gundukan menjawab, Safiq segera mencucup dan menciumi dua benda bulat padat itu. Dihisapnya puting Anis dengan begitu rakus sambil tangannya bergerak meremas-remas pelan. Di bawah, penisnya yang sudah ngaceng berat terasa menyundul-nyundul lubang kelamin ayo masukkan! pinta perempuan cantik itu. Ia membuka pahanya lebar-lebar sehingga terasa ujung penis Safiq mulai memasuki Mi, didorong gini? tanya Safiq polos sambil berusaha menusukkan begitu… oughhh! Anis melenguh, penis Safiq terasa membentur keras, tapi tidak mau masuk. Dengan pengalamannya, Anis bisa mengetahui penyebabnya. Maka dengan cepat ia bangkit berdiri dan meraih penis Safiq, lalu dimasukkan ke dalam Mi! Safiq menjerit, sama sekali tak menyangka kalau sang bunda akan berbuat seperti itu. Dan asyiknya lagi, rasanya ternyata begitu nikmat, lebih nikmat daripada dikocok pake tangan. Safiq mulai mengerang-erang dibuatnya, tubuhnya kelojotan, dan saat Anis menghisap semakin kuat, iapun tak tahan Anis yang sama sekali tidak menyangka kalau Safiq akan keluar secepat itu, jadi sangat kaget. Beberapa sperma si bocah sempat tertelan di mulutnya, sisanya yang sempat ia tampung, lekas ia ludahkan ke Mi. kata Safiq dengan muka memerah menahan nikmat, lelehan sperma tampak masih menetes dari ujung penisnya yang tersenyum penuh pengertian, Tidak apa-apa. Bukan salahmu, sebulan tidak dikeluarkan pasti bikin kamu nggak kelegaan, Safiq menyambut sang bunda yang kini berbaring di sebelahnya. Mereka saling berpelukan dan berciuman. Tapi dasar nafsu remaja, begitu payudara Anis yang besar menghimpit perutnya, sementara paha mereka yang terbuka saling bergesekan, dengan cepat penis Safiq mengencang kembali.“Eh, udah tegang lagi tuh. kata Anis gembira sambil menunjuk penis Safiq yang perlahan menggeliat Mi. Safiq ikut mengocoknya sebentar agar benda itu makin cepat kaku dan menegang. Saat sudah kembali ke ukuran maksimal, ia lekas mempersiapkan diri. Rasanya sudah tidak sabar lubang vaginanya yang gatal dimasuki oleh kemaluan muda itu. Anis memejamkan mata saat Safiq mulai mendekap sambil terus menciumi bibirnya, ia merasakan bibir kemaluannya mulai tersentuh ujung penis si bocah dulu, Anis menjulurkan tangan, sebentar ia usap-usapkan ujung penis Safiq ke bibir kemaluannya agar sama-sama basah, barulah setelah itu ia berbisik, Sudah, Fiq, masukkan sekarang! Anis memberi mulai mendorong. Pelan Anis mulai merasakan bibir kemaluannya terdesak menyamping. Sungguh luar biasa benda itu. Ohh, Anis benar-benar merasakan kemaluannya nikmat dan penuh sesak. Safiq terus mendorong, sementara Anis menahan nafas, menunggu pertautan alat kelamin mereka tuntas dan selesai Anis mendesah tertahan saat penis Safiq terus meluncur masuk, membelah bibir kemaluannya hingga menjadi dua, memenuhi lorongnya yang sempit hingga ke relungnya yang terdalam, sampai akhirnya mentok di mulut rahimnya yang terdiam untuk sejenak, saling menikmati rangsangan kemaluan mereka yang kini sudah bertaut sempurna, begitu erat dan intim. Rasanya sungguh luar biasa. Safiq bergidik sebentar saat merasakan Anis yang mengedutkan-ngedutkan dinding rahimnya, memijit batang penisnya dengan remasan pelan. Safiq membalas dengan kembali mencium bibir dan payudara sang bunda, sambil tangannya tak henti-henti meremas-remas bulatannya yang padat detik berlalu. Saat Anis sudah merasa cukup, iapun meminta Safiq untuk mulai menggerakkan pinggulnya. Pelan-pelan aja, nggak usah buru-buru. Kita nikmati saat-saat ini. Abi-mu masih lama pulangnya, dia lembur malam ini. kata mengerti, Safiq pun mulai memompa pinggulnya. Gerakannya begitu halus dan pelan, meski terlihat agak sedikit kaku. Maklum, masih pengalaman pertama. Tapi itu saja sudah sanggup membuat Safiq merintih keenakan, ia benar-benar cepat terbawa ke puncak kenikmatan yang belum pernah ia alami yang melihatnya jadi panik. Tahan dulu, Fiq. Tahan sebentar! bisiknya, ia tidak mau permainan ini berhenti begitu cepat. Ia baru mulai merasa apa mau dikata, jepitan kemaluan Anis terlalu nikmat bagi seorang perjaka seperti Safiq. Diusahakan seperti apapun, bocah itu sudah tak mampu lagi. Maka hanya dalam waktu singkat, Safiq pun menjerit dan kembali menumpahkan spermanya. Kali ini di dalam kemaluan Anis. Cairannya yang kental berhamburan saat Safiq ambruk menindih tubuh bugil sang bunda dengan nafas Safiq! meski terlihat kecewa, namun Anis berusaha untuk memakluminya. Ia belai punggung Safiq dengan lembut. Penis bocah itu yang masih menancap di lorong vaginanya, masih terasa berkedut-kedut, menguras segala isinya. Anis merasakan liangnya jadi begitu basah dan terus berpelukan untuk beberapa saat hingga tiba-tiba Anis menjerit kaget, Ah, Fiq! tubuh montoknya sedikit terlonjak saat merasakan penis Safiq yang tiba-tiba saja kaku dan menegang kembali. Cepet banget! pujinya gembira. Diciumnya bibir bocah itu sebagai cuma tersenyum dan kembali memperbaiki posisi. Ia sudah siap untuk beraksi. Sambil melumat bibir dan leher Anis, ia mulai menggerakkan pinggulnya. Remasan tangannya di payudara sang bunda juga kembali gencar, secepat tusukannya yang kini sudah mulai lancar dan tahan terus, Fiq. Yah, begitu! Anis yang menerimanya, merintih dan menggeliat-geliat tak terkendali. Tubuh montoknya menggelepar hebat seiring goyangan Safiq yang semakin kuat. Dengan tusukannya yang tajam, bocah itu membuat vagina Anis menegang dan berdenyut pelan, benar-benar puncak kenikmatan yang belum pernah ia alami selama enam tahun pernikahannya dengan mas Iqbal.“Fiq, ooh… oohh… terus… arghhh…” Anis sendiri terkejut oleh teriakannya yang sangat kuat. Pelan tubuhnya bergetar saat cairan kenikmatannya menyembur yang juga kesetanan terus memompakan kemaluannya berulang kali, dan tak lama kemudian ikut menggelepar. Wajahnya yang tampan menengadah, sementara kedua tangannya mencengkeram dan menekan payudara Anis kuat-kuat. Di bawah, spermanya yang kental kembali meledak di dalam vagina sang bunda, memancar berulang kali, hingga membuat rahim Anis jadi begitu basah dan Anis melenguh merasakan banyak sekali cairan kental yang memenuhi liang selesai, Safiq memiringkan tubuh sehingga tautan alat kelamin mereka tertarik dan terlepas dengan sendirinya. Tangannya kembali meremas lembut payudara Anis sambil bibirnya menciumi wajah wanita yang sangat dikasihinya ini. Anis senang dengan perlakuan Safiq terhadap dirinya.“Fiq, kamu sungguh luar biasa. puji Anis kepada putra angkatnya. Cepet banget tegangnya, padahal barusan tersenyum, Trims, Umi. Safiq senang bisa membuat Umi kamu juga nikmat kan? goda saja, Mi. Safiq lagi? tawar nggak capek? Safiq bertanya umi yang tanya begitu, sahut Anis, dan mereka tertawa berbarengan.***Sejak saat itu, hubungan mereka pun berubah. Bukan lagi seorang ibu dan anak, tetapi berganti menjadi sepasang kekasih yang selalu berusaha untuk memuaskan nafsu masing-masing. Kapanpun dan Safiq kembali meningkat, bahkan lebih dari sebelumnya. Sementara Anis, mendapat hikmah yang paling besar. Ia kini hamil, sudah jalan 2 minggu. Sudah jelas itu anak siapa, tapi sepertinya mas Iqbal tidak curiga. Malah laki-laki itu kelihatan sangat senang dan gembira, sama sekali tidak curiga saat Anis kelepasan ngomong, Selamat, Fiq, sebentar lagi kamu akan menjadi seorang ayah,
cerita dewasa ibu angkat